KETERAMPILAN MENGAJAR GURU
A. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai
aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran
yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam
hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan
kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Persepsi (Perception) yang berarti pengelihatan, keyakinan dapat
dilihat atau dimengerti. Persepsi terjadi karena adanya stimulus atau
rangsangan dari lingkungan sekitar, sehingga individu dapat memberikan makna
atau menafsirkan sesuatu hal. Slameto (2010:102) menjelaskan bahwa “Persepsi
merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya, hubungan ini dilakukan dengan indera yaitu, pendengaran, peraba
dan penciuman”. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
suatu proses pemberian makna yang dilakukan secara sadar berupa tanggapan atau
pendapat individu terhadap suatu objek atau peristiwa yang diterima melalui
alat indera.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan
untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy
dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang
modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance
of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
Alvin W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu
aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah
atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan)
dan knowledge.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan
mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing
aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan
menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan
mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap
kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
B. Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru
Turney (Uzer Usman, 2010:74) mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan
mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas
pembelajaran, diantaranya:
1. KETERAMPILAN BERTANYA
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya
merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon
yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan
hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong
kemampuan berpikir.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab
pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan
memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:
·
Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar,
·
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang
sedang dihadai atau dibicarakan,
·
Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu
sendiri sesungguhnya adalah bertanya,
·
Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu
siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,
·
Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu
perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya.
a. Dasar-dasar pertanyaan yang baik
·
Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
·
Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
·
Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
·
Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab
pertanyaan
·
Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
·
Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa
untuk menjawab atau bertanya
·
Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban
yang benar
b. Jenis-jenis pertanyaan yang baik
·
Jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (compliance question),
2) Pertanyaan retoris (rhetorical question)
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting
question,) dan
4) Pertanyaan menggali (probing question).
·
Jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau
knowlagde question),
2) Pertanyaan pemahaman (conprehention question),
3) Pertanyaan penerapan (application question),
4) Pertanyaan sintetis (synthesis question), dan
5) Pertanyaan evaluasi (evaluation question).
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
·
Kehangatan dan Keantusiasan. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu
mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru
termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan
ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
·
Kebiasaan yang perlu dihindari. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu
mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Guru harus
menghindari kebiasaan seperti :
1) Menjawab pertanyaan sendiri,
2) Mengulang jawaban siswa,
3) Mengulang pertanyaan sendiri,
4) Mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
5) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, dan
6) Mengajukan pertanyaan ganda.
Keterampilan bertanya di bedakan atas :
1.
Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan
bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam
mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah:
Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan,
pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
2.
Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan
bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih
mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar
partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan
bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen
bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam
penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya
lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab
pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan
peningkatan terjadinya interaksi.
2. KETERAMPILAN MEMPEBERIKAN PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons,
apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si
penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a). Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar
siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran. (b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
(c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang
produktif.
b). Jenis-jenis Penguatan
1.
Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan
kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
2.
Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak
isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh (partial).
c). Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu
kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons
yang negatif.
3. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam
situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme,
serta penuh partisipasi.
a. Tujuan dan Manfaat
1.
Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
belajar mengajar yang relevan.
2.
Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3.
Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4.
Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima
pelajaran yang disenanginya.
b. Prinsip Penggunaan
1.
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.
Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.
Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran atau satuan pelajaran.
c. Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses
perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok
atau komponen, yaitu :
1.
Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi dalam cara
mengajar guru meliputi : penggunaan variasi suara(teacher
voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan
atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan
gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik, dan
pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
2.
Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam
tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi
penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan
yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang
dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat
diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar,
dilihat dan diraba (audio visual aids).
3.
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi
guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam
coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri
yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak
menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi (gaya
interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:a (a) Pola guru-murid, yakni
komunikasi sebagai aksi (satu arah) (b). Pola guru-murid-guru, yakni ada
balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi
sebagai interaksi) (c). Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi
guru, siswa saling belajar satu sama lain. (d). Pola guru-murid,
murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara
murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah) (e). Pola
melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan
atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum
mendapat giliran.
4. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu
dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan
disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
a. Tujuan Memberikan Penjelasan
1.
Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta,
definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2.
Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau
pertanyaan.
3.
Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4.
Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua,
yaitu : (1). Merencanakan, mencakup penganalisaan
masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara
unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi
yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. (2). Penyajian suatu
penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan,
penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
5. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran(closure) ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
belajar-mengajar.
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa,
menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan
atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman
dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup
pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum
inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
6. KETEAMPILAM MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu
konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan
berbahasa.
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi
1. memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic
diskusi
2. memperluas masalah atau urutan pendapat
3. menganalisis pandangan siswa
4. meningkatkan urunan pikir siswa
5. menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6. menutup diskusi
7. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa,
atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur
siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan
mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan,
antara lain:
1.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifatpreventif).. Keterampilan ini berkaitan
dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran
serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan
menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan
perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member
penguatan.
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan
siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan
remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat
siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah
menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan
kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang
harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang
berlebihan (teachers instruction). (2). kesenyapan (fade away)
(3). ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars)
(4). penyimpangan (digression) (5). bertele-tele (overdwelling)
8. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab
antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing
dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah
dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat
membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon
guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol
dapat dilatihkan, diperoleh balikan(feed back) yang cepat dan
tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat
memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif
dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
DAFTAR BACAAN
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi
Aksara
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaefudin, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV.
Alfabeta.
S.Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Usman, M.Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya