Selasa, 15 November 2016

KUALITAS DAN PENDIDIKAN KONSELOR,KARAKTERISTIK KLIEN,PERILAKU NONVERBAL,KREATIVITAS KONSELOR DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN


BAB I
KUALITAS DAN PENDIDIKAN KONSELOR

A.    Kualitas Konselor
Adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan mememudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan.
Untuk membuktikan hal ini beberapa tokoh konseling telah mengadakan penelitian, demikian dengan para praktiti di bidang ini. Namun secara umum dapat disimpulkan khususnya untuk kondisi Indonesia, bahwa karakteristik kepribadian konselor adalah :
1.            Beriman, bertaqwa
2.            Menyenang manusia
3.            Komunikator yang terampil dan pendengar yang baik
4.            Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial-budaya
5.            Fleksibel, tenang dan sabar, jujur, menghargai, empati dan bersahabat
6.            Menguasai keterampilan teknik, memiliki intuisi
7.            Memiliki etika profesi, konsisten, tanggung jawab
8.            Emosi stabil, objektif, rasional, logis konkrit


B.     Pendidikan Konselor
Secara umum untuk Indonesia lulusan Bimbingan dan Konseling tingkat D3 dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing. Hanya kualifikasi profesional tersebut belum begitu jelas. Kriteria konselor masa depan dalam menghadapi perubahan IPTEK dan sosial yang amat cepat dengan berbagai dampak. Kriteria utama tetap seperti dalam sidang ACES di Chicago tahun 1988 bahwa konselor harus lulusan S2 dengan berpengalaman mengajar (sertifikat) dan pengalaman praktek. Untuk menghadapi perubahan, bentuk konselor dalam pelatihannya menjadi profesional, disesuaikan dengan keadaan.

BAB II
KARAKTERISTIK KLIEN

A.    Memahami Klien
Semua individu yang diberi bantuan oleh konselor atas permintaan dia sendiri atau atas dorongan orang lain dinamakan klien.
Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu :
1.      Kepribadian Klien
2.      Harapan Klien
3.      Pengalaman atau Pendidikan Klien

B.     Aneka Ragam Klien
Setelah kita memahami klien dengan latar belakannya. Maka selanjutnya kita akan mengetahui pula aneka ragam atau jenis klien.
Berikut ini akan diseutkan berbagai jenis klien atau ragam klien yang akan dihadapi konselor, yaitu :
a.       Klien Sukarela
b.      Klien Terpaksa
c.       Klien Enggan
d.      Klien Bermusuhan atau menentang
e.       Klien Krisis
C.     Peranan Negosiasi dalam Konseling
Untuk menghadapi berbagai jenis klien yang diatas perlua diadakan negosiasi sebelum konseling yang sebenarnya. Belakangan ini negosiasi bukan hanya oleh para diplomat, tetapi merambah ke semua hubungan sosial, termasuk bidang pendidikan, khususnya pelaksanaan konseling.
Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan negosiasi dengan baik, adlah sebagai berikut :
a.       Kecerdasan dan wawasan yang luas
b.      Keterampilan berbicaradan komunikasi yang menghargai
c.       Bersikap ramah, murah senyum, sopan, cermat dan empati
d.      Pemahaman yang memadai tentang individu yang dihadapi
e.       Tidak membosankan, tidak memaksa, tidak mengecewakan

BAB III
PERILAKU NONVERBAL

Didalam relasi konselor-klien terjadi perilaku verbal yang didalamnya terlibat pula perilaku nonverbal. Perilaku non verbal sangat diperlukan oleh konselor untuk memahami atau memperjelas makna bahasa lisan yang diucapkan klien.
Riset tentang komunikasi non verbal telah dilakukan beberapa dekade dengan berbagai metode, prosedur dan setting yaitu :
a.       Metode Penggunaan Fotografi
b.      Metode Film dan Video
c.       Gerakan Isyarat
d.      Setting Interview
e.       Pengamatan Psikiatris
Jadi, saat konselor menghadapi klien, dia harus mampu mengkomunikasikan perilaku verbal dan nonverbal secara efektif.

BAB IV
KREATIVITAS KONSELOR
DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

Suatu proses konseling ditentukan oleh kehandalan konselor dalam melakukan wawancara konseling. Dalam proses konseling, pemikiran kreatif adalah sangat penting baik terhadap konselor maupun klien.
Klien datang dengan permasalahan yang belum mampu ia pecahkan bahkan masih samar-samar tapi menekan. Tugas konsleor adalah berupaya untuk membangkitkan alternatif-alternatif, membantu klien menghilangkan pola-pola lama yang tak baik, memudahkan terjadinya proses mengambil keputusan, dan menemukan solusi-solusi yang mengarah untuk memecahkan masalah.
Dalam proses konseling ada tiga tahapan konseling yaitu :
a.       Tahap mendefinisikan masalah
b.      Tahap atau fase bekerja dengan definisi masalah
c.       Tahap keputusan untuk berbuat
Proses konseling yang intensional dan efektif akan membantu klien untuk berkembang secara optimal. Untuk menunjang kemampuan dan keterampilan konselor perlu kepribadian yang empati. Empati merupakan kunci menjadikan hubungan konseling berkualitas. Empati memiliki subkomponen yaitu :
a.       Positive Regard (Penghargaan Positif)
b.      Resfect (Rasa Hormat)
c.       Warmath (Kehangatan)
d.      Concreteness (Kekonkritan)
e.       Immediacy (Kesiapan)
f.       Confrontation (Konfrontasi)
g.      Congruence (Keaslian)
Empati dilakukan konselor dengan menggunakan keterampilan mempengaruhi dengan konponen-konponennya, keterbukaan diri, pengarahan, penafsiran. Dengan adanya komponen ini maka empati akan menjadi dalam dan akurat serta nilainya tinggi sehingga dapat mengubah perilaku klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar