FILSAFAT
PENDIDIKAN
“ALIRAN PENDIDIKAN
MODERN DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI”.
Disusun oleh :
KELOMPOK I
AYU PUSPA DEVI
FANI NOVITA
SARI
FETI BIMARIYA
SUWITA
FITRI WAHYUNI
HARYS YUSDAR
RIZKI
REPAPUL MESANT
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS RIAU
TP:2015/2016
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang. Segala puji dan
syukur bagi Allah SWT. yang dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami aturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada
teman-teman dan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan do'a dan
bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dalam makalah ini, kami menguraikan
tentang ” ALIRAN PENDIDIKAN MODERN
DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI” yang
kami ambil dari berbagai sumber. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan
dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap makalah ini bisa
dimafaatkan semaksimal mugkin.
Tidak ada gading yang tak
retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, 20 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Aliran filsafat pendidikan modern......................................................................... 5
2.2 Aliran filsafat pendidikan modern
ditinjau dari sudut :
Ontologi, Epistimologi, Aksiologi......................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ............................................................................................... 12
3.2
Saran ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Filsafat
diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala
problem dan kehidupannya. Filsafat dengan pendidikan memiliki hubungan hakiki
dan timbal balik. Berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan
memecahkan persoalan-persoalan pendidikn yang bersifat filosofis dan memerlukan
jawaban secara filosofis.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Menjelaskan
tentang aliran filsafat pendidikan modern.
2.
Menjelaskan aliran
filsafat pendidikan modern ditinjau dari
sudut : ontologi,epistomologi dan aksiologi.
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui aliran
filsafat pendidikan modern.
2.
Untuk mengetahui aliran
filsafat pendidikan modern ditinjau dari sudut : ontologi, epistomologi dan
aksiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aliran Filsafat Pendidikan Modern
1. Aliran Progresivisme
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain,
adalah William James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan
Georges Santayana.
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan
asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisasurvive menghadapi
semua tantangan hidup. Dinamakaninstrumentalisme, karena
aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk
hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan
manusia.Dinamakaneksperimentalisme, karena
aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran
suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena
aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan
(Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)
Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan
kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik
maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali,
1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan
yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan
sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak
didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan,
sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.Karena sekolah adalah
bagian dari masyarakat.Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan
pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah
di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik
tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk
itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar
“sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini,
1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus
dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya
berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge),
melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value),
sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun
psikis.Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
2. Aliran
Esensialisme
Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan
dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Para esensialis
memandang, bawa ilmu pengetahuan mulai dari upaya manusia dalam memandang
realitas melalui bantuan melalui alat panca indra .atas pengunaan pada dasar
indranya, manusia kemudian akan dapat memahami dan mengerti apa yang ia lihat
sehingga melahirkan ide dengan cara membuat realisisai antara fakta dan
realitas antara lain adalah melalui kesadaran jiwa dam memandang fakta tersebut . oleh karena
itu adalah sesuatu hal mustahil ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang jika
semata mata berdasarkan hal hal yang bersifat indrawi saja tanpa mengikut
sertakan fungsi akal manusia.
Aliran ini
berpendapat , bahwa segala sumber pengetahuan manusia terletak pada keteraturan
lingkungan hidupnya. Kelompok
esesialisme memandang bahwa pendidikan yang didasari pada nilai nilai yang
fleksibel dapat menjadikan pendidikan memiliki arah dan orentasi yang jelas.
Oleh Karena itu agar pendidikan memiliki tujuan yag jelas dan kukuh diperlukan
nilai-nilai yang kukuh
yang akan mendatangkan stabilan .untuk itu perlu dipilhi nilai-nilai data yang jelas
dan teruji oleh waktu.
Esensialime
memberikan penekanan upaya kependidikan dalam penguji ulang materi materi
kurikulum, memberikan pembedaan esensial dan non esesnsial dalam berbagai
program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan otoritas pendidik dalam suatu
kelas disekolah. Esensialis percaya bahwa pelaksanaan
pendidikan memerlukan modifikasi penyempurnaan sesuai dengan kondisi manusia
yang bersifat dinamis dan selalu berkembang , namun mengingat pengembangan
manusia kan selalu berada dibawah asas ketetapan tanda kurang, akan pendidikan
harus dibina atas dasar nilai-nilai yang kukuh dan tahan lama agar memberikan
kejelasan dan kestabilan arah bangunanya.
3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman
sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154).Dari pendapat ini diketahui bahwa
perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi
sseorang untukk bersikap tegas dan lurus.Karena itulah, perenialisme
berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan
tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat
yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir
secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat
dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah
modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha
mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan
karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental.Karya-karya ini
merupakan buah pikiran besar pada masa lampau.Berbagai buah pikiran mereka yang
oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat,
politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang
telah banyak memberikan sumbangan kepadaperkembangan zaman dulu.
Tugas
utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik kea rah kematangan.Matang
dalam arti hiodup akalnya.Jadi, akl inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah
kematangan tersebut.Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba
dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan
berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan
yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan
anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan.Sedangkan
tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada
anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat
tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme
merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern.Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan
aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut
Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan
kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat
akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi
generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat
manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa
depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat
secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita
demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi
kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan
kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
5. Aliran Progretivisme
Progresivisme
secara bahasa artinya aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat
.Dalam konteks filsafat pendidikan progresivisme merupakan suatu aliran yang
menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan
pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi keberagaman aktivitas
yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir secara menyeluruh,sehingga
mereka dapat berpikir secara sistematis
melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi
teoritis, memberikan analisis,pertimbangan,dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan
untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Progretivisme
beranggapan bahwa kemajuan yang dicapai oleh manusia karena kemampuan manusia
dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan
sistematisasi berpikir ilmiah oleh karena itu tugas pendidikan adalah melatih
kemampuan kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan
yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya
dalam masyarakat .Aliran ini memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu ilmu
yang bermanfaat karena pengetahuan adalah sarana bagi kemajuan manusia.
Progretivisme berpendapat bahwa
akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari tahu dan meneliti,sehingga
ia tidak mudah menerima suatu pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar
membuktikan kebenarannya secara empiris.
Asas pokok
aliran ini adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap semua tantangan
kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan. Dengan
asas ini, pendidikan bertujuan untuk membawa pengalamn empiris kepada anak
didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat.Pendidik
progresif selalu melatih anak didiknya untuk memecahkan problem- problem yang
ada dalam kehidupan.Inti proses pendidikan pada aliran ini terdapat pada anak
didik dalam konsepnya adalah manusia yang memiliki potensi rasio dan
intelektual yang akan berkembang melalui pengkondisian pendidikan.Anak didik
adalah manusia yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi berbagai
problem dalam lingkungannya.
2.2 Aliran Filsafat Pendidikan Modern
Ditinjau Dari Sudut :
1.
ONTOLOGI
Ontologi merupakan
salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno dan berasal dari Yunani.Studi ini
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret / nyata.Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles.
·
Menurut Bahasa :
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos = being
atau ada, dan logos = logic atau ilmu.
Jadi, ontologi bisa diartikan :
The theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau
Ilmu tentang yang ada.
·
Pengertian menurut
istilah :
Ontologi
adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate
reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak
(Bakhtiar, 2004).
·
Ontologi pendidikan.
yaitu substansi pendidikan dalam semua
perspektifnya,sebagaimana melihat pendidikan dari tujuan esensialnya sebagai
pencapaian maksimal dari pendidikan.
Menurut Madepidarta,ontologi
filsafat pendidikan mempertanyakan hal-hal berikut.
1. Apakah
pendidikan itu?
2. Apa
yang hendak dicapai?
3. Bagaimana
cara terbaik merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan ?
4. Bagaimana
sifat pendidikan itu?
5. Bagaimana
perbedaan pendidikan teori dengan praktik?
6. Bagaimana
hakikat kurikulum yang disajikan ?
7. Siapa
dan bagaimana para peserta didiknya?
8. Bagaimana
system pengembangan bakat dan minat anak didik?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut memberikan inspirasi terhadap upaya pengembangan pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia yang berbudi luhur, rasional, terampil, dan
mandiri. Manusia yang bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan diri,
keluarga, masyarakat, dan Negara. Akan tetapi jawaban terhadap semua pertanyaan
ontologis biasanya memerlukan penelitian, analisis, deskripsi, dan
penjabaran.Oleh karena itu, dari ontologi filsafat pendidikan dilanjutkan oleh
epistemology filsafat pendidikan.
Pendekatan
ontologi atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini
keberadaaan pendidikan itu sendiri.
Dalam
perspektif holistic integratife, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan
manusia .Pendidikan di arahkan sepenuhnya untuk memberdayakan manusia secara
lahiria dan rohaniah. Dengan pendidikan, manusia bukan hanya harus dilatih dan
dikembangkan cara berfikirnya sehingga diperoleh kecerdasan
intelektuialnya,melainkan dilatih dan dicerdaskan emosional dan spiritualnya.
2.
EPISTIMOLOGI
Secara
etimologi, epistimologi merupaka kata gabungan yang diangkat dari dua kata
bahasa yunani yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau
kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian
epistimologis dapat diartiakn sebagai pengetahuan sistematik menganai
pengetahuan.
Hubungan
antara epistimologis dengan pendidikan adalah untuk menhembangkan ilmu
pendidikan secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu
gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses
pendidikan.
3.
AKSIOLOGIS
Aksiologis
adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani yaitu: axio yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori atau ilmu.
Aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun
S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan yang diperoleh dari pengetahuan.
Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu haruus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral yang ada di masyarakat, sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama. Bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana.
Hubungan
aksiologi dengan pendidikan adalah aksiologi mempelajari tentang manfaat apa
yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi
mengenai etika dan estetika. Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya
adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang
mengajarkan bagaimanakah etika dan sikap yang baik itu. Selain itu ada mata
pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari
sebuah karya manusia. Dasar aksiologi pendidikan adalah manfaat dari teori
pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu tetapi juga diperlukan untuk
memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan
manusia secara beradab.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Aliran filsafat modern ditinjau dapat
ditinjau dari sudut ontologi,epistomologi dan aksiologi. Aliran filsafat modern
ditinjau dari sudut ontologi yaitu Secara ontologis, filsafat pendidikan berusaha mengkaji secara mendalam
hakikat pendidikan dan semua unsur yang berhubungan dengan pendidikan.
Sedangkan Hubungan antara epistimologis
dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan secara produktif
dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai
kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan. Aksiologis adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani
yaitu: axio yang berarti nilai.
Sedangkan logos berarti teori atau ilmu.
Hubungan aksiologi dengan pendidikan adalah aksiologi
mempelajari tentang manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,
menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika.
3.2
Saran
Hubungan
antara filsafat dengan pendidikan bukan hanya sekedar diketahui secara teori
tetapi juga terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat mengambil
manfaat dari sebuah pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA.
Gibson
Robert dan Marianne Mitchell.2011.Bimbingan
dan Konseling.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkel, W.S, dan M.M. Sri Hastuti.2008. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Kurnanto
Edi.2013.Konseling Kelompok.Bandung
:Alvabeta.