Jumat, 06 November 2015

MAKALAH ALIRAN PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI


FILSAFAT PENDIDIKAN
ALIRAN PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI”.


Disusun oleh :
KELOMPOK I
AYU PUSPA DEVI
FANI NOVITA SARI
FETI BIMARIYA SUWITA
FITRI WAHYUNI
HARYS YUSDAR RIZKI
REPAPUL MESANT




  FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS RIAU
TP:2015/2016


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.  Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. yang dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami aturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada teman-teman dan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan do'a dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dalam makalah ini, kami menguraikan tentang ” ALIRAN PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI”  yang kami ambil dari berbagai sumber. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap makalah ini bisa dimafaatkan semaksimal mugkin.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



       
                                                                                                Pekanbaru, 20 September 2015


                                                                                                                                                                                                                                                                      Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran filsafat pendidikan modern......................................................................... 5
2.2 Aliran filsafat pendidikan modern ditinjau dari sudut :
     Ontologi, Epistimologi, Aksiologi.........................................................................   9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan              ............................................................................................... 12
3.2 Saran                        ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA  




BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problem dan kehidupannya. Filsafat dengan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik. Berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikn yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban secara filosofis.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan tentang aliran filsafat pendidikan  modern.
2.      Menjelaskan aliran filsafat pendidikan modern ditinjau dari  sudut : ontologi,epistomologi dan aksiologi.
1.3              Tujuan
1.      Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan modern.
2.      Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan modern ditinjau dari sudut : ontologi, epistomologi dan aksiologi.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Aliran Filsafat Pendidikan Modern
1. Aliran Progresivisme
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisasurvive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakaninstrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia.Dinamakaneksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)
Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat.Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis.Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.

2. Aliran Esensialisme
Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Para esensialis memandang, bawa ilmu pengetahuan mulai dari upaya manusia dalam memandang realitas melalui bantuan melalui alat panca indra .atas pengunaan pada dasar indranya, manusia kemudian akan dapat memahami dan mengerti apa yang ia lihat sehingga melahirkan ide dengan cara membuat realisisai antara fakta dan realitas antara lain adalah melalui kesadaran jiwa  dam memandang fakta tersebut . oleh karena itu adalah sesuatu hal mustahil ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang jika semata mata berdasarkan hal hal yang bersifat indrawi saja tanpa mengikut sertakan fungsi akal manusia.
Aliran ini berpendapat , bahwa segala sumber pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Kelompok esesialisme memandang bahwa pendidikan yang didasari pada nilai nilai yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan memiliki arah dan orentasi yang jelas. Oleh Karena itu agar pendidikan memiliki tujuan yag jelas dan kukuh diperlukan nilai-nilai yang kukuh yang akan mendatangkan stabilan .untuk itu perlu dipilhi nilai-nilai data yang jelas dan teruji oleh waktu.
Esensialime memberikan penekanan upaya kependidikan dalam penguji ulang materi materi kurikulum, memberikan pembedaan esensial dan non esesnsial dalam berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan otoritas pendidik dalam suatu kelas disekolah. Esensialis percaya bahwa pelaksanaan pendidikan memerlukan modifikasi penyempurnaan sesuai dengan kondisi manusia yang bersifat dinamis dan selalu berkembang , namun mengingat pengembangan manusia kan selalu berada dibawah asas ketetapan tanda kurang, akan pendidikan harus dibina atas dasar nilai-nilai yang kukuh dan tahan lama agar memberikan kejelasan dan kestabilan arah bangunanya.


3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154).Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan lurus.Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental.Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau.Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepadaperkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik kea rah kematangan.Matang dalam arti hiodup akalnya.Jadi, akl inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah kematangan tersebut.Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan.Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.


4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

5. Aliran Progretivisme
Progresivisme secara bahasa artinya aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat .Dalam konteks filsafat pendidikan progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi keberagaman aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir secara menyeluruh,sehingga mereka dapat berpikir  secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis,pertimbangan,dan pembuatan kesimpulan menuju  pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Progretivisme beranggapan bahwa kemajuan yang dicapai oleh manusia karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan sistematisasi berpikir ilmiah oleh karena itu tugas pendidikan adalah melatih kemampuan kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat .Aliran ini memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu ilmu yang bermanfaat karena pengetahuan adalah sarana bagi kemajuan manusia.
Progretivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari tahu dan meneliti,sehingga ia tidak mudah menerima suatu pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara empiris.
Asas pokok aliran ini adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan. Dengan asas ini, pendidikan bertujuan untuk membawa pengalamn empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat.Pendidik progresif selalu melatih anak didiknya untuk memecahkan problem- problem yang ada dalam kehidupan.Inti proses pendidikan pada aliran ini terdapat pada anak didik dalam konsepnya adalah manusia yang memiliki potensi rasio dan intelektual yang akan berkembang melalui pengkondisian pendidikan.Anak didik adalah manusia yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi berbagai problem dalam lingkungannya.

2.2       Aliran Filsafat Pendidikan Modern Ditinjau Dari Sudut :
1.      ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani.Studi ini membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret / nyata.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles.
·         Menurut Bahasa :
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos = being atau ada, dan logos = logic atau ilmu.
Jadi, ontologi  bisa diartikan :
The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau  Ilmu tentang yang ada.
·         Pengertian menurut istilah :
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).
·         Ontologi pendidikan.
yaitu substansi pendidikan dalam semua perspektifnya,sebagaimana melihat pendidikan dari tujuan esensialnya sebagai pencapaian maksimal dari pendidikan.
Menurut Madepidarta,ontologi filsafat pendidikan mempertanyakan hal-hal berikut.
1.      Apakah pendidikan itu?
2.      Apa yang hendak dicapai?
3.      Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan ?
4.      Bagaimana sifat pendidikan itu?
5.      Bagaimana perbedaan pendidikan teori dengan praktik?
6.      Bagaimana hakikat kurikulum yang disajikan ?
7.      Siapa dan bagaimana para peserta didiknya?
8.      Bagaimana system pengembangan bakat dan minat anak didik?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut memberikan inspirasi terhadap upaya pengembangan pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang berbudi luhur, rasional, terampil, dan mandiri. Manusia yang bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan diri, keluarga, masyarakat, dan Negara. Akan tetapi jawaban terhadap semua pertanyaan ontologis biasanya memerlukan penelitian, analisis, deskripsi, dan penjabaran.Oleh karena itu, dari ontologi filsafat pendidikan dilanjutkan oleh epistemology filsafat pendidikan.
Pendekatan ontologi atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaaan pendidikan itu sendiri.
Dalam perspektif holistic integratife, pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan manusia .Pendidikan di arahkan sepenuhnya untuk memberdayakan manusia secara lahiria dan rohaniah. Dengan pendidikan, manusia bukan hanya harus dilatih dan dikembangkan cara berfikirnya sehingga diperoleh kecerdasan intelektuialnya,melainkan dilatih dan dicerdaskan emosional dan spiritualnya.

2.      EPISTIMOLOGI
Secara etimologi, epistimologi merupaka kata gabungan yang diangkat dari dua kata bahasa yunani yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologis dapat diartiakn sebagai pengetahuan sistematik menganai pengetahuan.
Hubungan antara epistimologis dengan pendidikan adalah untuk menhembangkan ilmu pendidikan secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.

3.      AKSIOLOGIS
Aksiologis adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani yaitu: axio yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori atau ilmu. Aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan yang diperoleh dari pengetahuan.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu haruus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral yang ada di masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama. Bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana.
Hubungan aksiologi dengan pendidikan adalah aksiologi mempelajari tentang manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika. Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika dan sikap yang baik itu. Selain itu ada mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia. Dasar aksiologi pendidikan adalah manfaat dari teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.










BAB III
PENUTUP
3.1                          Kesimpulan
Aliran filsafat modern ditinjau dapat ditinjau dari sudut ontologi,epistomologi dan aksiologi. Aliran filsafat modern ditinjau dari sudut ontologi yaitu Secara ontologis, filsafat pendidikan berusaha mengkaji secara mendalam hakikat pendidikan dan semua unsur yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan Hubungan antara epistimologis dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan. Aksiologis adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani yaitu: axio yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori atau ilmu. Hubungan aksiologi dengan pendidikan adalah aksiologi mempelajari tentang manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika.

3.2                          Saran
Hubungan antara filsafat dengan pendidikan bukan hanya sekedar diketahui secara teori tetapi juga terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat mengambil manfaat dari sebuah pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA.

Gibson Robert dan Marianne Mitchell.2011.Bimbingan dan Konseling.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkel, W.S, dan M.M. Sri Hastuti.2008. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta:  Rineka Cipta.

 Kurnanto Edi.2013.Konseling Kelompok.Bandung :Alvabeta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar