Rabu, 28 Oktober 2015

CERPEN MOTIVASI


PEMUDA KAMPUNG JUGA BISA SUKSES
Sebuah daerah yang jauh dari ramainya kendaraan dan bisingnya perkotaan. Sebuah desa dikampung terpencil dan terisolir. Desa yang sederhana itu hanya berpenduduk sedikit . reot, pengap, kecil, dan sempit adalah suasana dan kenyataan kondisi rumah didesa itu.Desa sejahtera adalah nama desanya. Ironi, nama desa dan kenyataan kondisi desa  itu jauh berbanding  terbalik, bahkan masyarakat yang tinggal didesa itu jauh dari kata sejahtera. Pendidikan dan layanan kesehatan menjadi sayatan hati bagi siapa yang melihatnya dan sangat memprihatinkan.Di sebuah rumah kecil, tinggallah seorang bapak dan anak laki-lakinya yang masih sekolah. Pak karyo adalah panggilannya, ia mempunyai satu anak laki-laki sekaligus menjadi teman hidupnya saat ini. Tono sejahtera nama lengkapnya,  nama itu diberikan ayahnya agar suatu hari nanti Tono bisa mensejahterakan warga dikampunya. Tono adalah nama panggilan sehari-harinya. Tono sangat menyayangi ayahnya bahkan baginya ayahnya adalah sosok ibu baginya.Ibu Tono sudah sejak lama meninggalkannya, sejak ia masih berusia 9 bulan padahal pada saat itu Tono masih membutuhkan ASI dan kasih sayang dari seorang ibu , namun ibunya pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya. Ibunya pergi karna tidak tahan dengan hidup miskin dan serba kekurangan serta hidup dengan suami yang berpenyakitan. Ayah tono ini menderita penyakit asma dan tak pernah mendapatkan pelayanan kesehatan serta diobati dengan obat yang seadanya saja.Maka ibunya memutuskan untuk bercerai dengan ayahnya lalu  pergi kekota.
Pada usia 15 tahun Tono mendengar kabar tentang ibunya dari tetangganya yang baru pulang dari kota bahwa ibunya sudah berkeluarga lagi serta memiliki harta yang banyak dan tingagal dikota. Kehidupan ibunya jauh berbeda dengan kehidupan yang dulu. kehidupan ibunya dan kehidupan Tono sekarang bagaikan bumi dan langit . Sekarang ibunya sudah melupakan Tono dan ayahnya Begitu sedih hati Tono mendengarkan kata-kata ibunya itu. Dihatinya ada rasa kesal terhadap ibunya namun disisi lain dia juga akan merindukan sosok seorang ibu dan “ walau bagaimanapun dia tetap ibuku “, kata Tono dalam hati. Akhirnya Tono memutuskan untuk tidak dendam kepada ibunya.
2 tahun sudah berlalu, pada suatu malam Tono teringat ibunya. Terkadang didalam hatinya ada rasa rindu yang menggebu, namun disisi lain ada rasa  marah yang bergejolak dan membara. Ia ingin memeluk ibunya namun ia juga ingin membalas perbuatan dan sikap ibunya yang telah mensia-siakan dirinya dan ayahnya.“Ibu mengapa kau meninggalkan kami demi sebuah tahta dan harta ?”, desah ia dalam hati.
Hari itu pun telah berlalu dan setiap pagi Tono harus bangun sebelum fajar tiba. bahkan sebelum suara ayam berkokok nyaring. Tono memang bukan wanita tapi dia adalah seorang pemuda yang sederhana, pemberani, taat ibadah,  jujur, sopan, penyayang, pintar tapi dia tidak pernah malu untuk melakukan pekerjaan seorang wanita seperti: memasak, mencuci, dan mengurus rumah. Karena baginya perkejaan itu adalah aktivitas rutinnya sebelum berangkat sekolah. Ia tidak mau ayahnya mengerjakan karna ia tidak ingin melihat penyakit ayahnya kambuh karena kelelahan bekerja. Setelah selesai mengerjakan tugasnya Tono lansung berangkat kesekolah karna sekolahnya cukup jauh dari desanya dan ia harus berjalan kaki untuk sampai kesekolah. Pada saat itu Tono memakai sepatu yang sudah tak layak dipakai lagi dan seragam SMAnyapun sudah kusam. Tono sadar dengan kehidupannya yang susah dan ia juga tidak tega meminta seragam baru kepada ayahnya. Dengan penampilan seperti itu Tono berangkat kesekolah dengan hati gembira tanpa ada beban dihatinya.
“ayah, Tono berangkat kesekolah dahulu”, disuatu pagi yang masih gelap.
“iya nak hati-hati, jangan lupa pesan ayah belajar yang rajin dan buat ayah bangga dengan prestasimu serta jangan lupa baca doa sebelum melakukan aktivitas” sahut pak karyo.
“baik yah, assalamualaikum”.
“walaikumsalam nak ” .Tono berangkat kesekolah bersama teman-temannya dengan berjalan kaki. Latar belang kehidupan yang tak jauh berbeda, keluarga buruh tani kecil. Semua itu tidak menyurutkan semangat dan memupuskan harapan mereka anak desa sejahtera yang ingin menempuh yang lebih tinggi sesuai setinggi impian mereka.
Tono bersekolah di SMA Tunas Bangsa.sekolah yang sangat sederhana dan kecil itu adalah tempat Tono dan teman-temannya menimba ilmu. Guru dan sarana yang kurang memadai adalah fakta dari subuah nama sekolah Tunas Bangsa. Pak Hardin  salah satu guru yang sangat setia memberikan ilmu kepada siswanya dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya.Pak hardin adalah protret, inspirasi dan penyemangat bagi tono dan anak-anak lainnya dita tengah kekurangannya dalam melihatnamun mata hatinya tidak tertutup. ia mengajarkan mereka tentang pendidikan kewarga negaraan dan hal-hal yang diangap mudah, tetapi sebenarnya sangat berat bagi generasi bangsa saat ini.“anak-anak apakah arti kemrdekaan ”tanya pak hardin pada murid-muridnya. “kebebasan kita dari penjajahan pak”, jawab wahyu.“Bagi saya kemerdekaan adalah meratanya seluruh keadilan di Negari ini pak. Itu arti kemerdekaan yang sesungguhnya”, jawab Tono dengan nada lantang.“Baik anak-anak jawaban yang bagus. Apakah menurut kalian, kalian telah menerima kemerdekaan yang benar-benar merdeka?”, tanya pak hardin kembali.
“Bagi saya, saya belum mendapatkan kemerdekaan itu pak. Saya dan teman-teman disini belum mendapat hak secara adil dalam pendidikan, padahal kami dan mereka anak-anak kota adalah pemuda-pemudi harapan bangsa. Saya dan warga di Desa saya belum sepenuhnya merdeka dan makmur, kami masih hidup dalam kekurangan dan keterbatasan”,jawab tono dengan lantang dan berani.
“ itu memang fakta dan kenyataan yang ada.lalu bagaimana kamu mendapatkan kemerdekaan itu?”, kembali bertanya.
“Saya yakin pak, dengan bersekolah, bekerja dan berusaha, saya mampu menciptakan perubahan di lingkungan masyarakat, sekolah bahkan Bangsa saya. Bukankah itu harapan para Pahlawan terhadap pemuda Indonesia?”
“sungguh bangga mempunyai anak didik sepertimu Tono. Teruskan mimpi dan cita-citamu itu, bapak akan mendoakanmu untuk mewujudkan impian perubahanmu. Beri tepuk tangan dan dukungan untuk Tono”, ucap pak hardin  dengan bangga dan penuh harapan.
Lonceng pulangpun telah berbunyi dan sudah waktunya Tono pulang bersama teman-temannya. Setelah sampai dirumah, Tono ganti seragam sekolahnya lalu makan siang dan pergi membantu ayahnya menggarap sawah orang. Pada saat itu tono menyuruh ayahnya beristirahat dirumah karena Tono melihat ayahnya sangat lelah.Setelah pekerjaan tono selesai Tono langsung mengantarkan hasil garapannya hari ini kepada pemilik sawah. Tono langsung pulang, Sesampainya dirumah Tono tidak lansung istirahat namun dia harus masak untuk makan nanti malam ternyata ayahnya sudah masak. Tonopun mandi , setelah ia mandi ia langsung kekamar ayahnya. “sini nak !.” sambil melambaikan tangan. “ ya ayah” jawab Tono sambil berjalan menuju ayahnya. “kamu jangan terlalu capek. Kamukan sudah kelas 3 sebentar lagi kamukan mau ujian nasional nak ntar kamu sakit” sambil memberikan perhatiaan. “Tono tidak mengapa yah, yang terpenting kita bisa makan, dan Tono tetap bisa bersekolah, Tono pingin jadi orang yah. Tono pingin jadi pemuda yang di banggakan yah, doakan Tono ya yah”, ucap Tono menyakinkan. “Iyah nak, ayah akan selalu mendoakanmu”, balas ayah dengan raut sedih tetapi tersenyum.
Suatu hari pak lurah datang ke Desa Sejahtera dan berkata akan memberikan kabar gembira. “Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara sekalian, saya akan memyampaikan kabar gembira disini”,ucap pak lurah. “Kabar gembira apa pak?”, tanya salah 1 warga.
“Pemerintah kota mencanangkan akan memberi Beasiswa bagi murid SMA yang mendapatkan nilai tertinggi serta berprestasi untuk melanjutkan kuliah di Jakarta dengan biaya yang ditanggung pemerintah”, ucap pak lurah dengan percaya dirinya.
“Apakah ucapan bapak benar? Walau anak-anak kami adalah anak buruh tani kecil, pemerintah akan tetap memberi bantuan untuk kuliah?”, tanya salah satu warga dengan nada kurang yakin. “Oh tentu saja ucapan saya benar. Pemerintah tidak akan pandang bulu, apalagi ini menyangkut tentang pendidikan, pendidikan kan masa depan Indonesia. Tentu hal itu akan sangat diperhatikan oleh Pemerintah”, ucap pak lurah dengan nada yang meyakinkan.
“Yah semoga saja ucapan bapak benar dan dapat dipertanggung jawabkan”, tegas salah satu warga. Tono yang ketika itu mendegar ucapan pak lurah, marasa senang dan mempunyai harapan untuk kuliah. “Alhamdulillah. Itu kesempatan kau anakku. Kau harus rajin belajar dan berusaha serta berdoa agar kau mendapat hasil Ujian yang memuaskan dan kau dapatkan Beasiswa kuliah di Jakarta itu secara gratis”, ucap ayah dengan nada semangat.
“Iya yah, Tono ingin sekali kuliah di Jakarta untuk menempuh pendidikan yang tinggi. Dan di Jakarta nanti Tono ingin bertemu ibu. Namun, bagaimana dengan ayah disini? Siapa yang akan mengurus dan menjaga ayah ?”, ucap Tono dengan nada bimbang.
“Tidak perlu kau perdulikan ayah anakku. Yang terpenting adalah masa depanmu, kau ini pemuda harapan Desa ini nak. ayah masih sanggup untuk hidup sendiri. Yang terpenting sekarang kau harus rajin belajar agar kau memperoleh beasiswa itu. Tolong, jangan kau kecewakan yah”, ucap ayah dengan nada meyakinkan.
Ada gejolak yang begitu besar di dalam hatinya. Tono pun berwudhu dan melaksanakan sholat.
“Ya Allah beri hambamu ini petunjuk. Hanya kepadaMu hamba serahkan takdir hamba”, bisik ia dalam hati dengan nada lirih lalu meneteskan air mata.
Hari yang ditunggu-tunggu yaitu Ujian Nasional pun tiba. Hari pertama Ujian Nasional pun tiba. Anak-anak Desa Sejahtera pun berangkat lebih awal dari biasanya. Mereka takut kalau sampai harus terlambat.
Hari-hari yang dilalui ketika Ujian Nasional menjadi sangat berarti untuk Tono. Ujian pun telah selesai
Ia tidak sabar untuk mengetahui nilainya. Hari-hari yang di tunggu semua anak-anak pun tiba. Hari ini mereka akan mendengar pengumuman kelulusan. Tono tidak sabar lagi,“Aku berharap akulah yanag mendapat beasiswa itu”, ucap ia dalam hati dengan penuh rasa harap.Semua anak berkumpul di lapangan. “Baik anak-anak bapak akan memberi tahu kabar gembira untuk kalian. Semua siswa-siswi SMA Tunas Bangsa dinyatakan lulus. Dan yang lebih meneggembirakan lagi, salah satu murid SMA ini mendapat nilai tertinggi 1 Kabupaten dan ia berhak mendapatkan beasiswa di Jakarta secara gratis”, kata bapak kepala sekolah.Semua siswa-siswi SMA Tunas  Bangsa bersuka-ria mendengarnya. “Nama murid itu adalah Tono Sejahtera”, ucap bapak kepala sekolah.Semua siswa-siswi bersorak histeris dan seakan tidak percaya, Tono bangga dan bahagia, walaupun ada perasaan bimbang dan bingung. Tono pun maju ke depan mimbar dan mendapatkan ucapan selamat dari kepala sekolah dan  guru-guru, serta dari perwakilan Dinas Pendidikan.“Selamat tono atas prestaasimu. Minggu depan kamu bisa kami kirim ke jakarta untuk mnegurus surat-suratmu”, kata bapak perwakilan Dinas Pendidikan.Tono pun hanya tersenyum dan mengiyakan. Setelah pengumuman selesai semua pulang ke rumah masing-masing. Anak-anak desa Sejahtera tiba di desa dengan penuh rasa senang. Semua warga memberikan selamat kepada Tono atas prestasinya. Tono pun pulang menuju ke rumah.“Assalamualaikum ayah. ternyata Tono yang mendapat nilai tertinggi itu dan Tono akan mendapatkan beasiswa kuliah di Jakarta seperti yang waktu itu Tono katakan”, kata Tono.“Alhamdulillah nak, ayah bangga denganmu. Jangan kau pikirkan ayah, pasti ayah akan baik-baik saja disini”, ucap ayah memberi semangat. “Baik Tono akan menuti ayah . Tono akan mengambil beasiswa itu. Terima kasih yah Tono janji akan membuat ayah bangga.Minggu yang di tunggu-tunggu pun tiba. Hari ini Tono akan berangkat menuju Jakarta, menggapai semua mimpi dan cita-citanya untuk memeruskan bangku pendidikan, setinggi mimpinya selama ini. Semua warga dan aparat desa melepas kepergian Tono dengan penuh suka cita.  “Kau jangan lupakan ayahmu ini nak. Doa ayah akan selalu menyertaimu. ayah sangat menyayangimu”, ucap ayah dengan menitihkan air mata. “Iya yah, Tono pun sangat menyayangi ayah dan Tono berjanji akan menjadi orang sukses di Jakarta nanti”, ucap Tono untuk yang terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan desanya.
3 tahun telah berlalu Tono telah menyelesaikan kuliahnya lebih cepat . dijakarta ia juga menjadi mahasiswa yang berprestasi dan sekarang Tono telah menjadi orang sukses serta pengusaha yang sukses diJakarta. Ayahnya sekarang telah sehat dari sakitnya tetapi sampai sekarang ia belum bisa menemukan ibunya. Ternyata Tono mendengar kabar ibunya telah meninggal dunia karna kecelakaan pesawat.lalu Tono lansung menelefon ayahnya. Mendengar berita itu Tono dan ayahnya sedih karna belum sempat meminta maaf kepada ibunya dan belum bisa membuat ibunya kembali kejalan yang benar. “Tono hanya bisa mendoakan ibu” ucap tono sambil menangis. 20 hari setelah itu Tono kembali kedesanya untuk menjemput ayahnya dan membawa ayahnya tinggal di Jakarta bersamanya. Tonopun juga memberikan bantuan kepada warganya sehingga sekarang warga didesa sejahtera menjadi benar-benar sejahtera berkat anak muda yang sukses yang bernama Tono.
Sekarang tono sudah bahagia dijakarta bersama ayahnya dengan kehidupan yang mewah tapi Tono tetap mengunjungi kampungnya. Semua impian dan cita-cita Tono telah tercapai.
Ternyata pemuda kampung juga bisa sukses.
SELESAI.

puisi "IBU"


CINTA ADALAH IBU


Ketika cinta dipertanyakan
Ketika cinta dicari
Mengapakah mata hatiku buta
Mengapa sulit terlihat
Sedang cinta di depan mata

Cinta itu ada pada air susu yang kuhisap kala ku sebagai makhluk bayi
Cinta itu ada pada gendongan tangan kuat ketika ku menangis
Cinta itu ada pada gandengan tangan dan pelukanya
Cinta itu ada pada sarapan yang hangat setiap pagi

Dalam kegagalanku
Ada penyemangat  dan aliran kata sejuk
Dalam gembiraku
Ada tawa dan senyuman indah mu
Dalam keputusan salahku
Ada pembelaku

Semua itu ada padamu ibu
Engkau adalah cinta utuh dalam diri
Ibu...
Engkaulah cinta itu..

Makalah Asesmen TekNon-Tes tentang Metode Observasi


MAKALAH
ASESMEN TEKNIK NON-TES

METODE OBSERVASI



KELOMPOK  II

v CHANTIKA BANJAR GETIH
v FANI NOVITA SARI
v FETY BIMARIYA SUWITA


    Dosen pengajar :
     Drs. H. Sardi Yusuf , Kons

    Universitas Riau
   Pekanbaru
  2014












KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada manusia dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang  berfikir,  sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
            Shalawat salam selalu tercurah kepada Qudwah kita Nabi Muhammad sawyang telah membimbing manusia menuju alam kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist,
            Tidak lupa pula penulis  mengucapkan terima kasih kepada bapak mata kuliah Asesmen Teknik  Non- Tes yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan dan mempersentasikan makalah yang berjudul Metode Observasi .
            Kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak untuk memperbaiki segala kekurangannya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.







Pekanbaru, 09 Oktober 2014



penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                             
 DAFTAR ISI                                                                           
 BAB I PENDAHULUAN                                                                                         
1.1 LATAR BELAKANG                                          
1.2 PEMBAUMUSAN MASALAH                                     
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN OBSERVASI                            
2.2 BENTUK-BENTUK OBSERVASI                      
2.3 MENYUSUN PANDUAN OBSEERVASI        
2.4 ALAT-ALAT BANTU OBSERVASI                  
2.5 ANALISIS HASIL OBSERVASI                                    
2.6 HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN                  
       DALAM PELAKSANAAN OBSERVASI

BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN                                                  
3.2 SARAN                                                              
DAFTAR PUSTAKA                                                             



BAB 1
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk kegiatan pengamatan (secara inderawi) yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat dan dimaknai dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati.
Observasi digunakan sebagai alat pengumpiul data penelitian kualitatif, maka pengamatan yang dilakukan observer bukan hanya sebatas gejala yang nampak saja tetapi lebih jauh harus mampu menembus latar belakang mengapa gejala itu terjadi.
Hasil observasi perlu dianalisis agaer diperoleh kesimpulan yang bermakna, sehinggadata observasi dapat dimanfaatkan untuk keperluan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian pada makalah ini, saya akan mencoba membahas tentang metode observasi dan hal-hal yang berkaitan dengan metode observasi.


B.    RUMUSAN MASALAH
1.     Apa itu observasi ?
2.     Apa saja bentuk-bentuk dari observasi ?
3.     Bagaiman menyusun panduan observasi ?
4.     Alat-alat bantu observasi ?
5.     Analisis hasil observasi ?
6.     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ?



BAB 2
PEMBAHASAN
A.Pengertian Observasi
            Secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara sempit dan luas. Dalam arti sempit,obsservasi berarti pengamatan secara langsung terhadap gejala yang ditelti. Dalam arti luas observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang sedang diteliti.
            Pengertian observasi menrut para ahli :

·        Nurkancana (1993 : 35 ) menyatakan bahwa observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.
·        Stamboel  (1986 : 137 ) metode observasi adalah suatu pengamatan dalam jangka waktu tertentu dan dalam suatu situasi sosial yang bersifat “bebas” ataupun bermaksud dimana si subjek tidak  merasa diamati, sehingga akan bertingkah laku dalam keadaan yang wajar.
·        Surya dan Natawidjaja (1997 : 225) observasi sebagai teknik pengumpulan data adalah pengamatan yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut : (a.) dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu, (b.) direncanakan secara sistematis, (c.) hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan, (d.) dapat diperiksa validitas, realibilitas, ketelitiannya bersifat kuantitatif.
·        Gall, dkk (2003 : 254) memandang observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan material) individu yang sedang diamati.
·        Gibson & Mitchell (1995 :260) memandang observasi sebagai teknik yang bisa dimanfaatkan untuk memilah-milah deerajat dalam membuat konklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa penggunaan observasi juga perlu dilengkapi lain dalam penilaian manusia.

                                                                                                                                                        


B.   BENTUK-BENTUK OBSERVASI

Menurut Surya dan Natawidjaja membedakan observasi menjadi :
a)     Observasi Partisipatif
Adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (pengamat, observer) benar-benar turut serta mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang diamati atau objek yang diamati (observee, observi) .
b)    Observasi Sistematis / Observasi Terstruktur
Adalah observasi dimana sebelumnya telah diatur struktur yang berisikan faktor-faktor yang telah diatur berdasarkan kategori masalah yang hendak diobservasi.
c)     Observasi Experimental
Adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif dan secara sistematis, untuk mengetahui perubahan–perubahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasiyang sengaja diadakan.


C.   MENYUSUN PANDUAN OBSEERVASI

Agar observasi bisa dilakukan dengan baik , maka langkah-langkah yangperlu diperhatikan dalam menyusun panduan observasi bisa ditempuh langkah-langkah berikut :
a.     Tetapkan tujuan observasi
   Dengan memperhatikan tujuan observasi diharapkan observer akan lebih terfokus pada tujuan observasi.
b.     Pastikan dan pahami materi observasi
   Apa sebenarnya yang akan diobservsikan seyogianya sudah dikuasai dengan baik oleh observer.
c.      Gali variabel-variabel observasi
d.     Gali sub variabel
e.     Tetapkan indikator
   Indikator dimaknai sebagai ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada variabel atau sub variabel.
                                                                                                                           

D.  ALAT-ALAT BANTU OBSERVASI


Beberapa alat bantu yang bisa digunakan Untuk mendukung kegiatan observasi :  

1.     Daftar riwayat kelakuan atau catatan anekdot .
Adalah suatu catatan tentang kelakuan–kelakuan individu yang dipandang istimewa dan luar biasa.
2.     Catatan berkala.
Adalah catatan yang dibuat pada waktu tertentu seperti : kegiatan hiking , karya wisata, study tour dll.
3.     Daftar cek.
Adalah suatu daftar yang berisi nama subjek dan aspek-aspek (sub-variabel) yang hendak diobservasi.
4.     Skala penilaian.
Adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya.
5.     Alat-alat pencatatan mekanik.
Adalah alat bantu dalam kegiatan observasi misalnya: tape recorder, video camera, tustel, computer, dan film.


E.   ANALISIS HASIL OBSERVASI

            Observasi dapat dilakukan untuk individual maupun kelompok.
Contohnya :
1.     Daftar  riwayat insidental , masalahyang diobsrvasi tingkah laku siswa pada paktikum laboratorium.
2.     Daftar riwayat kelakuan periodik , masalah yang diobservasi kelompok kejadian-kejadian pada waktu kerja.
3.     Skala penilaian deskriptif.
4.     Skala penilaian grafis.
5.     Daftar cek individual.
6.     Daftar cek kelompok.



F.    HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN OBSERVASI.

a.)  Menggunakan metode perlengkapan.
b.)  Pengklasifikasian gejala.
c.)   Pemanfaatan alat pencatat data.
d.)  Menjaga hubungan baik dengan observi.
e.)  Libatkan beberpa observer.



BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
1.     Observasi sebagai alat pengumpulan data adalah kegiatan pengamatan,  yang direncanakan, sistematis dan hasilnya dicatat serta dimaknai dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati.
2.     Menurut cara dan tujuan observasi dibedakan menjadi :
a.     Observasi partisipatif
b.     Observasi sistematis
c.      Observasi experimental
3.     Observasi dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: tentukan tujuan observasi, pastikan dan pahami materi observasi, gali variabel-variabel observasi, gali pula sub variabel, tetapkan indikator.
4.     Agar kegiatan observasi dapat berjalan dengan baik beberapa alat bantu yang dapat digunakan : daftar riwayat kelakuan , catatan berkala, daftar cek, skala penilaian dan alat-alat bantu mekanik.
5.     Hasil observasi perlu dianalisis agar diperoleh kesimpulan yang bermakna, sehingga data observasi dapat dimanfaatkan untuk keperluan bimbingan dan konseling.
6.     Mengingat observasi mengandung kelebihan dan keterbatasan setiap konselor hendaknya : menggunakan metode pelengkap, pengklasifikasian gejala, pemanfaatan alat pencatat data, hubungan baik dengan observi, dan libatkan beberapa orang observer.

B.   SARAN
Penulis menyadari bahwasanya penyusunan dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik  Allah Swt sehingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.
            Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat atau bahkan memberikan hikmah bagi penulis , pembaca , dan bagi mahasiswa Universitas Riau. 
                                                                                                                                               


DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo susilo & Gudnanto .2011. pemahaman individu teknik non tes.surabaya .nora media enterprise

Libson, R.L. & Mitchel, M.H. 1995. Introduction to counseling and guidance (four edition). New Jarsey: Prentice Hall.


































Selasa, 27 Oktober 2015

laporan perjalanan :MENJELAJAH KAMPUNG BANDAR SENAPELAN DAN MENGUNGKAP POTONGAN SEJARAH BUDAYA MELAYU


MENJELAJAH KAMPUNG BANDAR SENAPELAN DAN MENGUNGKAP POTONGAN SEJARAH BUDAYA MELAYU
Peradaban sebuah bangsa menjadi bermakna, ketika anak bangsa  mampu memahami dan mengingatnya dalam memori yang dituangkan pada simbol-simbol peradaban. Dirasakan detak jantung dan napasnya pada kehidupan nyata, serta mampu menghargai makna yang terkandung di dalamnya. Melalui perilaku dan adab budaya, terkuaklah peradaban yang telah dimiliki.
Kampung Bandar Senapelan merupakan cikal bakal kota Pekanbaru. Menurut situs resmi kota Pekanbaru, dahulu Pekanbaru dikenal dengan sebutan Senapelan, dipimpin seorang kepala suku disebut batin. Mulanya Senapelan berupa ladang yang lambat laun berubah jadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan pindah ke daerah baru yaitu dusun Payung Sekaki yang terletak di muara Sungai Siak. Namun nama Payung Sekaki tidak dikenal pada masanya dan tetap disebut sebagai Senapelan.
Sultan Siak Sri Indrapura bernama Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian mendirikan istana di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Sultan pun berinisiatif mendirikan sebuah pekan di Senapelan namun tak berkembang. Usaha Sultan dilanjutkan putranya bernama Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yakni di sekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada 23 Juni 1784 berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) nama Senapelan diganti menjadi Pekan Baharu atau Pekanbaru dalam penyebutan sehari-hari. Berdasarkan SK Kerajaan, yaitu Besluit van Her Inlanche Zelf Destuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian dari Kesultanan Siak dengan sebutan distrik.
Pada tahun 1931 Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai seorang controleur. Setelah pendudukan Jepang tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai seorang gubernur militer yang disebut gokung. Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan ketetapan gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103, Pekanbaru dijadikan sebagai daerah otonom yang disebut haminte atau kota besar.
Setelah itu berdasarkan UU No.22 tahun 1948, kabupaten Pekanbaru diganti menjadi Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru diberikan status kota kecil. Status ini semakin disempurnakan dengan keluarnya UU No.8 tahun 1956. Kemudian status kota Pekanbaru dinaikkan dari kota kecil menjadi kota praja setelah keluar UU No.1 tahun 1957. Berdasarkan Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959, Pekanbaru resmi menjadi ibukota Propinsi Riau. Itulah  sejarah singkat kota Pekanbaru yang berawal dari kampung Senapelan.
Sebuah perjalanan yang mengesankan yang bertajuan "Menjadikan kelurahan Kampung Bandar Senapelan Menjadi Kawasan Sejarah dan Cagar Budaya Melayu di Kota pekanbaru" dalam kegiatan menjelajah kampung Bandar Senapelan mengantarkan kami untuk menelusuri sebuah kejayaan dan peradaban melayu masa lalu di kota Pekanbaru. Kami seakan berada di Pekanbaru masa lalu. Minggu pagi 17 Mei 2015 kami dipandu oleh bapak Elmustian dosen kami yang mengajarkan studi Budaya Melayu. Dengan semangat juang suara Bapak Elmustian mengantarkan kami untuk menjelaskan situs sejarah dan pusat budaya melayu masyarakat masa lalu.
            Sebelum memulai kegiatan menjelajah kami mahasiswa FKIP Bimbingan Dan Konseling B angkatan 2014 bersama Bapak Elmustian berkunjung ke kim teng dimana disana kami disuguhkan kopi. Makna dari meminum kopi tersebut yaitu pada zaman dahulu masyarakat pekanbaru sebelum memulai pekerjaan atau aktivitas mereka meminum kopi terlebih dahulu dan ini sudah menjadi kebudayaan ditengah masyarakat. berikut ini adalah sejarah kedai kopi yang ternal pada masa lalu dan masih bertahan saampai sekarang.
            Tang Kim Teng lahir di sebuah rumah sederhana di pinggir kota Singapura pada Maret 1921. Nama kecilnya A Ngau. Ayahnya bernama Tang Lung Chiu dan Maknya Tan Mei Liang. Ia anak ketiga dari 5 bersaudara. Leluhurnya berasal dari kampung Kwanchiu, Tiongkok. Kim Teng pernah tinggal di Siak, Sungai Pakning, Bengkalis, dan Pekanbaru. Ia berasal dari keluarga amat sederhana. Mereka pindah-pindah untuk mencari kehidupan lebih baik.
Ketika berusia 4 tahun, dari Singapura, Kim Teng bersama keluarganya pindah ke Pulau Padang, Bengkalis, Riau. Ayahnya kerja jadi tukang masak camp di sana. Tak berapa lama, mereka pindah lagi ke daerah Siak Kecil, masih di Kabupaten Bengkalis. Di sini kerja Lung Chiu ayahnya serabutan. Tahun 1931, saat usia Kim Teng 10 tahun, keluarga putuskan pindah dari Siak Kecil ke Sungai Pakning. Di situ, mereka menumpang di sebuah rumah orang Tionghoa kaya dekat kantor Bea Cukai. Namanya Sun Hin atau biasa disapa ‘Toke Gemuk’. Di sini, profesi Lung Chiu sama dengan di Siak Kecil, kerja serabutan.
Tahun 1934 mereka pindah lagi ke Pulau Bengkalis. Waktu itu usia Kim Teng 13 tahun. Mereka juga sewa rumah sederhana di Jalan Makau–sekarang Jalan Hokian. Di Bengkalis Lung Chiu kerja jadi tukang masak di sebuah sekolah Tionghoa. Bagi Kim Teng, ayahnya seorang pekerja keras dan ulet.
Tahun 1935 Kim Teng pindah ke Pekanbaru. Usianya 14 tahun ketika itu. Di Pekanbaru, ia tinggal bersama kakak keduanya, Tang Tjun Lan dan abang iparnya (suami kakak kedua), Bok Tong An yang sudah lebih dulu tinggal di Pekanbaru. Di Pekanbaru, Kim Teng disekolahkan oleh abang iparnya. Ia bersekolah di Pek Eng, sebuah sekolah Tionghoa milik Chung Hwa Chung Hui. Di sekolah ia belajar banyak hal. Karena sekolah pula ia tahu Belanda dan Jepang sangat kejam menyiksa warga pribumi. Jiwa nasionalismenya mulai tumbuh.
Tahun 1939, Setelah empat tahun Kim Teng di Pekanbaru, keluarganya pindah ke Pekanbaru. Kepindahan ini membuat kondisi ekonomi mereka semakin sulit. Ini memaksa Kim Teng berhenti dari sekolah dan mulai cari kerja untuk bantu ekonomi keluarga. Ia jadi tukang jahit. Kemudian alih profesi jadi pedagang gula tebu dan gula kelapa. Saat itu masih musim penjajahan tentara Jepang.
Tahun 1943, saat berusia 22 tahun, Kim Teng menikah dengan seorang gadis asal Dabo Singkep, Pulau Bangka bernama Tjang Fei Poan. Dua tahun kemudian, putra pertama mereka bernama Kaliono Tenggana lahir. Tak berapa lama setelah itu, Kim Teng putuskan ikut berjuang aktif mempertahankan kemerdekaan. Ia bergabung di Resimen IV Riau bagian Siasat Perang dan Perbekalan pimpinan Hasan Basri. Tugas utamanya, memenuhi permintaan sejumlah barang perbekalan, terutama senjata, alat peledak, pakaian tentara, sepatu, obat-obatan, dan perbekalan lainnya.
Pada masa Agresi Belanda I itu lahir putra kedua Kim Teng dan Fei Poan, tepatnya tahun 1947. Di penghujung perjuangannya, tahun 1949, lahir putri ketiga, Liliana Tenggana. Kelahiran Liliana menjadi tanda Kim Teng menutup lembaran perjuangannya. Tahun 1949 pula, melalui Konferensi Meja Bundar, Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia.
Otomatis Kim Teng jadi veteran pejuang ’45. Selain itu, ia tak lebih dari seorang pengangguran. Saat itu usianya 30 tahun dan harus menghidupi seorang istri serta tiga anak. Ia cari akal. Kemudian dapat jalan dengan membantu kakak keduanya, Tjun Lan yang sudah lebih dulu buka usaha kedai kopi di Pekanbaru. Usaha mereka terletak di Jalan Sago, di sebuah rumah sewa berdinding papan beratap daun rumbia berlantai tanah. Kedai kopi itu bernama ‘Kedai Kopi Yu Hun’. Kedai kopi umumnya dimiliki warga Tionghoa suku Hailam. Konon, kopi orang Hailam lebih nikmat rasanya.
Di tengah kesibukan mengurus kedai kopi, Kim Teng dan Fei Poan kembali dikaruniai dua anak perempuan. Satu lahir tahun 1951, yang satunya tahun 1953. Jadi mereka sudah punya 5 anak. Tahun 1955, kedai kopi Yu Hun pindah ke sekitar tepian Sungai Siak. Mereknya pun diganti menjadi ‘Kedai Kopi Nirmala’. Usaha kedai kopi sempat mandek saat peristiwa pemulangan warga Tionghoa ke Tiongkok tahun 1959. Beruntung Kim Teng tak kena gusur ke Tiongkok.
Setelah situasi reda, ia mulai buka usaha kedai kopi kembali. Namanya ‘Kedai Kopi Segar’. Saat itulah Kim Teng dan istrinya kembali dikaruniai anak. Tahun 1955 lahir anak lelaki bernama Tang Kok Sun. Setahun berikutnya lahir anak perempuan bernama Tang Lie Lian. Lie Lian menjadi anak bungsu Kim Teng dan Fei Poan.
Seiring dengan bertambah banyak anak, usaha kedai kopi makin berkembang. Tahun 2002, Kedai Kopi Segar,yang lebih dikenal dengan nama ‘Kedai Kopi Kimteng’ dipindahkan ke Jalan Senapelan. Kini, Kedai Kopi Kimteng sudah punya enam cabang di Pekanbaru: Jalan Senapelan (pusat), Mall Ciputra Lantai 2, Mall SKA, Perpustakaan Soeman HS Lantai Dasar, RS Awal Bros Pekanbaru dan Suzuya Departemen Store Senapelan Pekanbaru Lantai 2. Kedai Kopi Kimteng di Jalan Senapelan jadi tempat kami menikmati sarapan sebelum menjelajah Kampung Bandar Senapelan.
Setelah selesai minum kopi bersama barulah kami memulai penjelajahan di Kampung Bandar Senapelan.  Awal perjalanan kami mulai menelusuri kampung dengan berjalan kaki . semangat pagi yang cerah mengantarkan langkah kaki kami ke rumah Tuan Jafar. Beliau merupakan tuan tanah di Pekanbaru pada zaman dahulu.
Foto diatas merupakan foto saat kebersamaan kami di depan rumah tuan Jafar. Setelah berfoto kami melanjutkan perjalanan menuju surau Al-Irhaash.
Surau Al-Irhaash tempat bersejarah yang selanjutnya kami kunjungi. Surau ini berada dijalan Senapelan.
               
Foto diatas ini diambil saat kami berada di surau Al- Irhaash.
Foto disamping adalah foto catatan sejarah yang tertempel dibagian luar surau. Ada cerita singkat soal sejarah surau serta foto surau sebelum direnovasi.
         
Surau Al-Irhash sebelum renovasi
Surau Al-Irhaash didirikan sekitar tahun 1925, dibangun di atas lahan yang diwakafkan oleh masyarakat Kampung Bukit. Pada zaman perang kemerdekaan surau difungsikan sebagai markas besar pejuang tentara Fisabilillah. Awalnya bangunan surau berbentuk segi empat. Setelah berfungsi sebagai tempat ibadah, ditambah ruang mihrab, tepatnya tahun 1970-an.
Dahulu surau dimanfaatkan sebagai tempat menyiarkan Islam (ceramah) dan mengaji bagi anak-anak.  Untuk mengikuti syiar Islam masyarakat Kampung Bukit membuat alat pertanda masuknya waktu sholat. Alat tersebut bernama ketuntung terbuat dari kayu. Pada tahun 1970-an alat tersebut dirubah bentuk menggunakan bahan dari drum yang bagian luarnya dilapisi kulit rusa, dinamakan tabuh.
Renovasi pertama dilakukan tahun 2005 menggunakan bantuan dana dari Gubernur Riau untuk membangun kamar mandi/WC, tempat wudhu dan penambahan jendela. Tahun 2007 dilakukan renovasi total menggunakan dana donatur yaitu keluarga besar H. Awaloeddin. Bangunan baru masih mempertahankan keaslian bentuk atap dan ukiran.

Seperti ini lah keadaan Surau Al-Irhash setelah renovasi.
Setelah berkunjung ke surau Al-Irhaas kami melanjutkan penjelahan. Rute berikutnya yaitu melihat rumah adat melayu pada zaman dahulu.
Dibawah ini contoh foto rumah adat melayu
            Perjalanan kami berlanjut  menuju tempat bersejarah lainnya yaitu terminal lama kota Pekanbaru. Tepian sungai siak tempat dimana kami berdiri dulunya adalah terminal lama pintu kedatangan ke pekanbaru, kini terminal tersebut sudah musnah dan hanya menyisakan sebuah bangunan kecil yang dulunya digunakan sebagai Kursi tunggu bagi penumpang.. Letaknya tepat di bawah Jembatan Siak III. Situs terminal yang tersisa hanya dinding beratap dari batu. Dulu terminal ini berfungsi sebagai tempat prouksi pertaniaan untuk dibawa ke Singapore. Jembatan Siak III sendiri diresmikan pada 3 Desember 2011 dengan nama Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah oleh Gubernur Riau. Jembatan ini jadi penghubung wilayah Pekanbaru kota dengan Kecamatan Rumbai yang dibelah Sungai Siak. Jembatan Siak III berwarna kuning dengan panjang total 520 meter dan panjang bentang 170 meter.
Terminal lama kota Pekanbaru tak terawat. Lumut menempel di tiap bagian hingga menghitam. Jika hujan, rumput di sekitar kawasan terminal akan terendam air. Coretan-coretan menghiasi dinding batu serta atapnya. Selain itu banyak sampah yang berserakan disana. dibawah ini adalah foto Terminal lama kota Pekanbaru yang kami abadikan saat menjelajah.
        
Sekitar limapuluh meter dari terminal lama, ada bangunan tua dari kayu. Dindingnya dari papan bercat kuning beratap limas. Bangunannya berbentuk panggung dengan ukiran khas melayu. Lebih dari 14 tiang sebagai penyangga rumah. Rumah ini dibangun pada 23 Juli 1928, seperti tertera di tangga batunya.
Ini rumah singgah Tuan Qadhi H Zakaria. Ia seorang pimpinan yang mengelola tiga aspek pemerintahan pada masanya: pimpinan adat, pimpinan agama dan pimpinan sosial. Rumah ini terletak di pinggir Jalan Perdagangan di tepi Sungai Siak. Kediaman tetap Tuan Qadhi H Zakaria berada di Jalan Senapelan Gang Pinggir, tepat di belakang kompleks Masjid Raya Pekanbaru. Bangunannya bergaya Eropa klasik dicat putih. Amat kontras dengan rumah singgahnya yang berarsitektur khas Melayu.
Namun setelah direnovasi banyaknya nilai-nilai sejarah yang hilang dari rumah panggung ini seperti tiang penyanggah, pondasinya,arah pintunya sudah berubah dan rumah panggung ini kurang perawatannya. Sehingga membuat wisatan kurang tertarik untuk mengunjungi tempat ini. Padahal tempat ini merupakan tempat yang memiliki sejarah yang menarik . alangkah baiknya pemerintah Pekanbaru memperhatikan rumah panggung ini agar rumah panggung tetap terjaga dan nilai-nilai sejarahnya tidak hilang ditelan masa. Penulis hanya menyarankan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan kebudayaan dan tempat-tampat sejarah yang ada dipekanbaru.
       
Ini adalah foto yang kami abadikan saat berada dirumah panggung.
Perjalanan kami lanjutkan menuju sebuah pelabuhan , dulunya dinamakan Pelabuhan Manggis, pelabuhan ini dulunya cukup ramai dan dijadikan pelabuhan pengangkut barang. Kini hanya tersisa sebuah papan yang berfungsi sebagai dermaga. Dulu pelabuhan ini dijadikan sebagai tempat bersilaturrahmi dan pusat ekonoomi.
Dipelabuhan ini zaman dahulu juga dijadikan sebagai tempat yang sakral, dimana sebelum acara akad nikah masyarakat kampung Senapelan melakukan proses cakap-cakap diair yang dilakukan dipelabuhan ini. Namun, sekarang semua hanya tinggal cerita saja karena pelabuhan yang terdapat di sungai siak ini sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
    

Tidak jauh dari Pelabuhan Manggis, dapat kita jumpai sebuah rumah Tua yang Tinggi, rumah ini sudah ada semenjak tahun 1886, rumah tua ini dulunya milik H Yahya.
H. Yahya adalah seorang toke getah karet yang sukses . rumah ini berarsitektur Melayu Pesisir dan rumahnya cukup tinggi dan ini menandakan bahwa si pemilik rumah seorang yang kaya, seorang datuk, seorang penguasa ataupun seorang yang memiliki peranan penting baik ekonomi maupun pemerintahan. Pada awal kemerdekaan rumah ini pernah dijadikan gudang logistik dan dapur umum.
Namun sekarang rumah ini dijadikan sebagai Rumah Tenun. Penulis sempat berbincang-bincang dengan seorang ibu yang lagi menenun songket saat itu. “maaf buk mengganggu, ini dananya dari mana buk dan berapa lama proses penenunan satu gulungan kain tenun ini ?”ujar Fani novita sari. Ibu yang sedang menenunpun menjawab “ ini didanai oleh pemerintah nak, kalau ibu mengerjakan satu gulung ini biasanya 15 hari.” Dibawah ini adalah foto Rumah Tenun dan kondisi didalam rumah tenun tersebut.

                                        
             
 Selain itu kami dibolehkan mengenakan hasil tenunan di rumah tenun ini. Dibawah ini foto penulis saat mengenakan selempang tenun bersama teman-teman.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Gudang Pelabuhan Pelindo I, disana kami menemukan sebuag batu persegi setinggi sekitar 70 Cm masih terlihat kokoh. Batu ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Pekanbaru. Di batu itu tertulis Pb. 0, Pad 313, Bkn 65 dan di bawahnya terdapat lambang PU. Tulisan tersebut bermakna Tugu tersebut merupakan Tugu 0km Kota Pekanbaru, dan dari Tugu tersebut Kota Bangkinang berjarak 65km dan Kota Padang berjarak 313km. Menurut orang tua disekitar Tugu 0km tersebut, tugu ini semenjak tahun 1986 tidak lagi menjadi titik 0km Kota Pekanbaru.

Setelah mengambil beberapa momen dan dokumentasi di titik 0km Kota Pekanbaru,perjalanan kami lanjutkan menyusuri akar rumput sejarah masa silam Pekanbaru. Sejarah telah mencatat pada abad ke-18 silam Bandar Senapelan pernah jadi ibukota Kerajaan Siak di tahun 1762-1766 semasa Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah (Sultan Siak IV) dan jadi ibukota Provinsi Negeri Pekanbaru Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim seperti yang tertuang dalam Pasal Delapan Bab al-Qawa’id (kitab UU Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim) tahun 1898. Artinya, cikal bakal Pekanbaru adalah di Kampung Bandar Senapelan, dibuktikan dengan adanya makam tokoh pendiri Pekanbaru. Makam Marhum Pekan pendiri Kota Pekanbaru menjadi tujuan kami berikutnya, dikomplek Makam marhum pekan kita juga dapat menjumpai makam lainnya seperti makam Marhum Bukit, Markum Barat dan makam kerabat, keluarga dan pengikut kerajaan Siak. Persis di sebelah Komplek Makam marhum pekan terdapat sebuah Mesjid Tua yang bersejarah yaitu Masjid Raya Pekanbaru, mesjid ini berdiri megah tapi sayang bentuk asli bangunan tersebut sudah hilang dan mesjid dalam proses renovasi.
                        https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEwiOMzDpWtBVIdah_fsAz8kF_yBcz3vPigRltPQ95UsHuVq61n0ssXB6PwgKz7-VvUtMM1sgS86h6ksD8_-d3E8DvvBtujpGQDGe2xqY42pT4MEcyAXZ78CnZbrsed2hsZhVUEcRO5q0/s400/komplek+makam+marhum+pekan.JPG        https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4VlcV-R3KpTHm3SqFkrrJmbxMHjkFiikl_amYBVnEqgFvCMvBTLeZP6qZpF6SZqAx9dvGo5z-6_S2WuaP5uFlxIhFtoomSyf40yVtazp8PuqSUo23C2AuhI9EcYcoHenp957GX-NE9Xw/s320/makam+marhum+pekan.JPG
Beranjak dari komplek Makam marhum Pekan dan Mesjid Raya pekanbaru, kami melanjutkan perjalanan menuju Rumah Tuan Kadi Kerajaan Siak yaitu Haji Zakaria yang berada di jalan Senapelan Gang Pinggir. Rumah ini merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Siak masa lalu. Rumah peninggalan Tuan Kadi Zakaria memang sudah direnovasi tapi tak mengubah bentuk asli bangunan, rumah ini terlihat megah dengan arsitektur Eropa masa lalu, konon rumah ini diarsiteki oleh arsitek yang membangun Istana Siak. Rumah ini dulunya menjadi pesanggrahan atau rumah persinggahan Sultan Syarif Kasim II ketika bertandang ke Pekanbaru,bahkan ada kamar khusus Sultan. Bahkan di rumah itu juga berbagai persoalan dan strategi menata Bandar Senapelan selalu dibahas.           

Foto diatas adalah detik terakhir kebersamaan kami saat menjelajah kampung Bandar Senapelan. Disaat itu kami beristirahat sejenak di halaman rumah ini. Ditengah canda tawa kami bapak Elmustian berkata “ orang melayu harus dimelayukan dan orang bukan meluyu juga harus tau dan mengerti dengan sejarah bangsa yaitu salah satunya sejarah budaya melayu.”
Setelah berfoto-foto di depan rumah kami berencana untuk megakhiri penjelajahan. Sewaktu kami ingin meninggalkan rumah tersebut ada keluarga yang tinggal di rumah itu memanggil kami dan bertaya” darimana ..?”. seorang bapak bertanya kepada kami .
Kemudian bapak Elmustian menjawab “ kami dari Universitas Riau melakukan penjelahan di kampung Bandar Senapelan dan mempelajari sejarah kebudayaan melayu.” Ujar Bapak Elmustian. Setelah mendengar keterangan tersebut dengan senang hati bapak tersebut memperbolehkan kami untuk masuk kedalam rumah. Kemudian kamipun masuk dan bapak itu menjelaskan tiap sudut sejarah yang ada didalam rumah tersebut. Mulai dari kamar sultan, ruang tamu hingga kenangan sejarah yang ada dirumah itu.
            Setelah puas berada dirumah tuan Kadi penjelahan kamipun berakhir. Selesai sudahlah penjelahan kami pada hari Minggu 17 Mei 2015 dikampung Bandar Senapelan.
Penulis berharap agar penjelajahan ini terus dilakukan agar mahasiswa dapat mengenal sejarah budaya melayu. Bukan itu saja penulis berharap agar pemerintah lebih memperhatikan tempat-tempat bersejarah yang ada dipekanbaru khususnya di kampung Bandar Senapelan dan Para tokoh masyarakat Senapelan harus melestarikan dan tidak boleh menghancurkan temuan benda cagar budaya ini. Karena benda itu kelak jadi saksi bagi anak cucu terhadap keberadaan Pekanbaru saat ini.
            Demikianlah laporan perjalanan penjelajahan kampung Bandar Senapelan yang dapat penulis ceritakan. Penulis sangat senang dengan diadakannya kegiatan ini karena kegiatan ini membuat mahasiswa sadar akan pentingnya memahami, menjaga dan melestarikan kebudayaan suatu bangsa khususnya di sejarah dan kebudayaan melayu di Pekanbaru.
            Di penjelajahan ini penulis memetik banyak kesimpulan dari kata-kata bapak Elmustian yaitu “ orang melayu harus dimelayukan dan orang bukan melayu harus tau dan paham sejarah budaya melayu”.
Sekian dan terimakasih.
 MENJELAJAH KAMPUNG BANDAR SENAPELAN DAN MENGUNGKAP POTONGAN SEJARAH BUDAYA MELAYU
Peradaban sebuah bangsa menjadi bermakna, ketika anak bangsa  mampu memahami dan mengingatnya dalam memori yang dituangkan pada simbol-simbol peradaban. Dirasakan detak jantung dan napasnya pada kehidupan nyata, serta mampu menghargai makna yang terkandung di dalamnya. Melalui perilaku dan adab budaya, terkuaklah peradaban yang telah dimiliki.
Kampung Bandar Senapelan merupakan cikal bakal kota Pekanbaru. Menurut situs resmi kota Pekanbaru, dahulu Pekanbaru dikenal dengan sebutan Senapelan, dipimpin seorang kepala suku disebut batin. Mulanya Senapelan berupa ladang yang lambat laun berubah jadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan pindah ke daerah baru yaitu dusun Payung Sekaki yang terletak di muara Sungai Siak. Namun nama Payung Sekaki tidak dikenal pada masanya dan tetap disebut sebagai Senapelan.
Sultan Siak Sri Indrapura bernama Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian mendirikan istana di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Sultan pun berinisiatif mendirikan sebuah pekan di Senapelan namun tak berkembang. Usaha Sultan dilanjutkan putranya bernama Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yakni di sekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada 23 Juni 1784 berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) nama Senapelan diganti menjadi Pekan Baharu atau Pekanbaru dalam penyebutan sehari-hari. Berdasarkan SK Kerajaan, yaitu Besluit van Her Inlanche Zelf Destuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian dari Kesultanan Siak dengan sebutan distrik.
Pada tahun 1931 Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai seorang controleur. Setelah pendudukan Jepang tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai seorang gubernur militer yang disebut gokung. Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan ketetapan gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103, Pekanbaru dijadikan sebagai daerah otonom yang disebut haminte atau kota besar.
Setelah itu berdasarkan UU No.22 tahun 1948, kabupaten Pekanbaru diganti menjadi Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru diberikan status kota kecil. Status ini semakin disempurnakan dengan keluarnya UU No.8 tahun 1956. Kemudian status kota Pekanbaru dinaikkan dari kota kecil menjadi kota praja setelah keluar UU No.1 tahun 1957. Berdasarkan Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959, Pekanbaru resmi menjadi ibukota Propinsi Riau. Itulah  sejarah singkat kota Pekanbaru yang berawal dari kampung Senapelan.
Sebuah perjalanan yang mengesankan yang bertajuan "Menjadikan kelurahan Kampung Bandar Senapelan Menjadi Kawasan Sejarah dan Cagar Budaya Melayu di Kota pekanbaru" dalam kegiatan menjelajah kampung Bandar Senapelan mengantarkan kami untuk menelusuri sebuah kejayaan dan peradaban melayu masa lalu di kota Pekanbaru. Kami seakan berada di Pekanbaru masa lalu. Minggu pagi 17 Mei 2015 kami dipandu oleh bapak Elmustian dosen kami yang mengajarkan studi Budaya Melayu. Dengan semangat juang suara Bapak Elmustian mengantarkan kami untuk menjelaskan situs sejarah dan pusat budaya melayu masyarakat masa lalu.
            Sebelum memulai kegiatan menjelajah kami mahasiswa FKIP Bimbingan Dan Konseling B angkatan 2014 bersama Bapak Elmustian berkunjung ke kim teng dimana disana kami disuguhkan kopi. Makna dari meminum kopi tersebut yaitu pada zaman dahulu masyarakat pekanbaru sebelum memulai pekerjaan atau aktivitas mereka meminum kopi terlebih dahulu dan ini sudah menjadi kebudayaan ditengah masyarakat. berikut ini adalah sejarah kedai kopi yang ternal pada masa lalu dan masih bertahan saampai sekarang.
            Tang Kim Teng lahir di sebuah rumah sederhana di pinggir kota Singapura pada Maret 1921. Nama kecilnya A Ngau. Ayahnya bernama Tang Lung Chiu dan Maknya Tan Mei Liang. Ia anak ketiga dari 5 bersaudara. Leluhurnya berasal dari kampung Kwanchiu, Tiongkok. Kim Teng pernah tinggal di Siak, Sungai Pakning, Bengkalis, dan Pekanbaru. Ia berasal dari keluarga amat sederhana. Mereka pindah-pindah untuk mencari kehidupan lebih baik.
Ketika berusia 4 tahun, dari Singapura, Kim Teng bersama keluarganya pindah ke Pulau Padang, Bengkalis, Riau. Ayahnya kerja jadi tukang masak camp di sana. Tak berapa lama, mereka pindah lagi ke daerah Siak Kecil, masih di Kabupaten Bengkalis. Di sini kerja Lung Chiu ayahnya serabutan. Tahun 1931, saat usia Kim Teng 10 tahun, keluarga putuskan pindah dari Siak Kecil ke Sungai Pakning. Di situ, mereka menumpang di sebuah rumah orang Tionghoa kaya dekat kantor Bea Cukai. Namanya Sun Hin atau biasa disapa ‘Toke Gemuk’. Di sini, profesi Lung Chiu sama dengan di Siak Kecil, kerja serabutan.
Tahun 1934 mereka pindah lagi ke Pulau Bengkalis. Waktu itu usia Kim Teng 13 tahun. Mereka juga sewa rumah sederhana di Jalan Makau–sekarang Jalan Hokian. Di Bengkalis Lung Chiu kerja jadi tukang masak di sebuah sekolah Tionghoa. Bagi Kim Teng, ayahnya seorang pekerja keras dan ulet.
Tahun 1935 Kim Teng pindah ke Pekanbaru. Usianya 14 tahun ketika itu. Di Pekanbaru, ia tinggal bersama kakak keduanya, Tang Tjun Lan dan abang iparnya (suami kakak kedua), Bok Tong An yang sudah lebih dulu tinggal di Pekanbaru. Di Pekanbaru, Kim Teng disekolahkan oleh abang iparnya. Ia bersekolah di Pek Eng, sebuah sekolah Tionghoa milik Chung Hwa Chung Hui. Di sekolah ia belajar banyak hal. Karena sekolah pula ia tahu Belanda dan Jepang sangat kejam menyiksa warga pribumi. Jiwa nasionalismenya mulai tumbuh.
Tahun 1939, Setelah empat tahun Kim Teng di Pekanbaru, keluarganya pindah ke Pekanbaru. Kepindahan ini membuat kondisi ekonomi mereka semakin sulit. Ini memaksa Kim Teng berhenti dari sekolah dan mulai cari kerja untuk bantu ekonomi keluarga. Ia jadi tukang jahit. Kemudian alih profesi jadi pedagang gula tebu dan gula kelapa. Saat itu masih musim penjajahan tentara Jepang.
Tahun 1943, saat berusia 22 tahun, Kim Teng menikah dengan seorang gadis asal Dabo Singkep, Pulau Bangka bernama Tjang Fei Poan. Dua tahun kemudian, putra pertama mereka bernama Kaliono Tenggana lahir. Tak berapa lama setelah itu, Kim Teng putuskan ikut berjuang aktif mempertahankan kemerdekaan. Ia bergabung di Resimen IV Riau bagian Siasat Perang dan Perbekalan pimpinan Hasan Basri. Tugas utamanya, memenuhi permintaan sejumlah barang perbekalan, terutama senjata, alat peledak, pakaian tentara, sepatu, obat-obatan, dan perbekalan lainnya.
Pada masa Agresi Belanda I itu lahir putra kedua Kim Teng dan Fei Poan, tepatnya tahun 1947. Di penghujung perjuangannya, tahun 1949, lahir putri ketiga, Liliana Tenggana. Kelahiran Liliana menjadi tanda Kim Teng menutup lembaran perjuangannya. Tahun 1949 pula, melalui Konferensi Meja Bundar, Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia.
Otomatis Kim Teng jadi veteran pejuang ’45. Selain itu, ia tak lebih dari seorang pengangguran. Saat itu usianya 30 tahun dan harus menghidupi seorang istri serta tiga anak. Ia cari akal. Kemudian dapat jalan dengan membantu kakak keduanya, Tjun Lan yang sudah lebih dulu buka usaha kedai kopi di Pekanbaru. Usaha mereka terletak di Jalan Sago, di sebuah rumah sewa berdinding papan beratap daun rumbia berlantai tanah. Kedai kopi itu bernama ‘Kedai Kopi Yu Hun’. Kedai kopi umumnya dimiliki warga Tionghoa suku Hailam. Konon, kopi orang Hailam lebih nikmat rasanya.
Di tengah kesibukan mengurus kedai kopi, Kim Teng dan Fei Poan kembali dikaruniai dua anak perempuan. Satu lahir tahun 1951, yang satunya tahun 1953. Jadi mereka sudah punya 5 anak. Tahun 1955, kedai kopi Yu Hun pindah ke sekitar tepian Sungai Siak. Mereknya pun diganti menjadi ‘Kedai Kopi Nirmala’. Usaha kedai kopi sempat mandek saat peristiwa pemulangan warga Tionghoa ke Tiongkok tahun 1959. Beruntung Kim Teng tak kena gusur ke Tiongkok.
Setelah situasi reda, ia mulai buka usaha kedai kopi kembali. Namanya ‘Kedai Kopi Segar’. Saat itulah Kim Teng dan istrinya kembali dikaruniai anak. Tahun 1955 lahir anak lelaki bernama Tang Kok Sun. Setahun berikutnya lahir anak perempuan bernama Tang Lie Lian. Lie Lian menjadi anak bungsu Kim Teng dan Fei Poan.
Seiring dengan bertambah banyak anak, usaha kedai kopi makin berkembang. Tahun 2002, Kedai Kopi Segar,yang lebih dikenal dengan nama ‘Kedai Kopi Kimteng’ dipindahkan ke Jalan Senapelan. Kini, Kedai Kopi Kimteng sudah punya enam cabang di Pekanbaru: Jalan Senapelan (pusat), Mall Ciputra Lantai 2, Mall SKA, Perpustakaan Soeman HS Lantai Dasar, RS Awal Bros Pekanbaru dan Suzuya Departemen Store Senapelan Pekanbaru Lantai 2. Kedai Kopi Kimteng di Jalan Senapelan jadi tempat kami menikmati sarapan sebelum menjelajah Kampung Bandar Senapelan.
Setelah selesai minum kopi bersama barulah kami memulai penjelajahan di Kampung Bandar Senapelan.  Awal perjalanan kami mulai menelusuri kampung dengan berjalan kaki . semangat pagi yang cerah mengantarkan langkah kaki kami ke rumah Tuan Jafar. Beliau merupakan tuan tanah di Pekanbaru pada zaman dahulu.
Foto diatas merupakan foto saat kebersamaan kami di depan rumah tuan Jafar. Setelah berfoto kami melanjutkan perjalanan menuju surau Al-Irhaash.
Surau Al-Irhaash tempat bersejarah yang selanjutnya kami kunjungi. Surau ini berada dijalan Senapelan.
               
Foto diatas ini diambil saat kami berada di surau Al- Irhaash.
Foto disamping adalah foto catatan sejarah yang tertempel dibagian luar surau. Ada cerita singkat soal sejarah surau serta foto surau sebelum direnovasi.
         
Surau Al-Irhash sebelum renovasi
Surau Al-Irhaash didirikan sekitar tahun 1925, dibangun di atas lahan yang diwakafkan oleh masyarakat Kampung Bukit. Pada zaman perang kemerdekaan surau difungsikan sebagai markas besar pejuang tentara Fisabilillah. Awalnya bangunan surau berbentuk segi empat. Setelah berfungsi sebagai tempat ibadah, ditambah ruang mihrab, tepatnya tahun 1970-an.
Dahulu surau dimanfaatkan sebagai tempat menyiarkan Islam (ceramah) dan mengaji bagi anak-anak.  Untuk mengikuti syiar Islam masyarakat Kampung Bukit membuat alat pertanda masuknya waktu sholat. Alat tersebut bernama ketuntung terbuat dari kayu. Pada tahun 1970-an alat tersebut dirubah bentuk menggunakan bahan dari drum yang bagian luarnya dilapisi kulit rusa, dinamakan tabuh.
Renovasi pertama dilakukan tahun 2005 menggunakan bantuan dana dari Gubernur Riau untuk membangun kamar mandi/WC, tempat wudhu dan penambahan jendela. Tahun 2007 dilakukan renovasi total menggunakan dana donatur yaitu keluarga besar H. Awaloeddin. Bangunan baru masih mempertahankan keaslian bentuk atap dan ukiran.

Seperti ini lah keadaan Surau Al-Irhash setelah renovasi.
Setelah berkunjung ke surau Al-Irhaas kami melanjutkan penjelahan. Rute berikutnya yaitu melihat rumah adat melayu pada zaman dahulu.
Dibawah ini contoh foto rumah adat melayu
            Perjalanan kami berlanjut  menuju tempat bersejarah lainnya yaitu terminal lama kota Pekanbaru. Tepian sungai siak tempat dimana kami berdiri dulunya adalah terminal lama pintu kedatangan ke pekanbaru, kini terminal tersebut sudah musnah dan hanya menyisakan sebuah bangunan kecil yang dulunya digunakan sebagai Kursi tunggu bagi penumpang.. Letaknya tepat di bawah Jembatan Siak III. Situs terminal yang tersisa hanya dinding beratap dari batu. Dulu terminal ini berfungsi sebagai tempat prouksi pertaniaan untuk dibawa ke Singapore. Jembatan Siak III sendiri diresmikan pada 3 Desember 2011 dengan nama Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah oleh Gubernur Riau. Jembatan ini jadi penghubung wilayah Pekanbaru kota dengan Kecamatan Rumbai yang dibelah Sungai Siak. Jembatan Siak III berwarna kuning dengan panjang total 520 meter dan panjang bentang 170 meter.
Terminal lama kota Pekanbaru tak terawat. Lumut menempel di tiap bagian hingga menghitam. Jika hujan, rumput di sekitar kawasan terminal akan terendam air. Coretan-coretan menghiasi dinding batu serta atapnya. Selain itu banyak sampah yang berserakan disana. dibawah ini adalah foto Terminal lama kota Pekanbaru yang kami abadikan saat menjelajah.
        
Sekitar limapuluh meter dari terminal lama, ada bangunan tua dari kayu. Dindingnya dari papan bercat kuning beratap limas. Bangunannya berbentuk panggung dengan ukiran khas melayu. Lebih dari 14 tiang sebagai penyangga rumah. Rumah ini dibangun pada 23 Juli 1928, seperti tertera di tangga batunya.
Ini rumah singgah Tuan Qadhi H Zakaria. Ia seorang pimpinan yang mengelola tiga aspek pemerintahan pada masanya: pimpinan adat, pimpinan agama dan pimpinan sosial. Rumah ini terletak di pinggir Jalan Perdagangan di tepi Sungai Siak. Kediaman tetap Tuan Qadhi H Zakaria berada di Jalan Senapelan Gang Pinggir, tepat di belakang kompleks Masjid Raya Pekanbaru. Bangunannya bergaya Eropa klasik dicat putih. Amat kontras dengan rumah singgahnya yang berarsitektur khas Melayu.
Namun setelah direnovasi banyaknya nilai-nilai sejarah yang hilang dari rumah panggung ini seperti tiang penyanggah, pondasinya,arah pintunya sudah berubah dan rumah panggung ini kurang perawatannya. Sehingga membuat wisatan kurang tertarik untuk mengunjungi tempat ini. Padahal tempat ini merupakan tempat yang memiliki sejarah yang menarik . alangkah baiknya pemerintah Pekanbaru memperhatikan rumah panggung ini agar rumah panggung tetap terjaga dan nilai-nilai sejarahnya tidak hilang ditelan masa. Penulis hanya menyarankan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan kebudayaan dan tempat-tampat sejarah yang ada dipekanbaru.
       
Ini adalah foto yang kami abadikan saat berada dirumah panggung.
Perjalanan kami lanjutkan menuju sebuah pelabuhan , dulunya dinamakan Pelabuhan Manggis, pelabuhan ini dulunya cukup ramai dan dijadikan pelabuhan pengangkut barang. Kini hanya tersisa sebuah papan yang berfungsi sebagai dermaga. Dulu pelabuhan ini dijadikan sebagai tempat bersilaturrahmi dan pusat ekonoomi.
Dipelabuhan ini zaman dahulu juga dijadikan sebagai tempat yang sakral, dimana sebelum acara akad nikah masyarakat kampung Senapelan melakukan proses cakap-cakap diair yang dilakukan dipelabuhan ini. Namun, sekarang semua hanya tinggal cerita saja karena pelabuhan yang terdapat di sungai siak ini sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
    

Tidak jauh dari Pelabuhan Manggis, dapat kita jumpai sebuah rumah Tua yang Tinggi, rumah ini sudah ada semenjak tahun 1886, rumah tua ini dulunya milik H Yahya.
H. Yahya adalah seorang toke getah karet yang sukses . rumah ini berarsitektur Melayu Pesisir dan rumahnya cukup tinggi dan ini menandakan bahwa si pemilik rumah seorang yang kaya, seorang datuk, seorang penguasa ataupun seorang yang memiliki peranan penting baik ekonomi maupun pemerintahan. Pada awal kemerdekaan rumah ini pernah dijadikan gudang logistik dan dapur umum.
Namun sekarang rumah ini dijadikan sebagai Rumah Tenun. Penulis sempat berbincang-bincang dengan seorang ibu yang lagi menenun songket saat itu. “maaf buk mengganggu, ini dananya dari mana buk dan berapa lama proses penenunan satu gulungan kain tenun ini ?”ujar Fani novita sari. Ibu yang sedang menenunpun menjawab “ ini didanai oleh pemerintah nak, kalau ibu mengerjakan satu gulung ini biasanya 15 hari.” Dibawah ini adalah foto Rumah Tenun dan kondisi didalam rumah tenun tersebut.

                                        
             
 Selain itu kami dibolehkan mengenakan hasil tenunan di rumah tenun ini. Dibawah ini foto penulis saat mengenakan selempang tenun bersama teman-teman.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Gudang Pelabuhan Pelindo I, disana kami menemukan sebuag batu persegi setinggi sekitar 70 Cm masih terlihat kokoh. Batu ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Pekanbaru. Di batu itu tertulis Pb. 0, Pad 313, Bkn 65 dan di bawahnya terdapat lambang PU. Tulisan tersebut bermakna Tugu tersebut merupakan Tugu 0km Kota Pekanbaru, dan dari Tugu tersebut Kota Bangkinang berjarak 65km dan Kota Padang berjarak 313km. Menurut orang tua disekitar Tugu 0km tersebut, tugu ini semenjak tahun 1986 tidak lagi menjadi titik 0km Kota Pekanbaru.

Setelah mengambil beberapa momen dan dokumentasi di titik 0km Kota Pekanbaru,perjalanan kami lanjutkan menyusuri akar rumput sejarah masa silam Pekanbaru. Sejarah telah mencatat pada abad ke-18 silam Bandar Senapelan pernah jadi ibukota Kerajaan Siak di tahun 1762-1766 semasa Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah (Sultan Siak IV) dan jadi ibukota Provinsi Negeri Pekanbaru Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim seperti yang tertuang dalam Pasal Delapan Bab al-Qawa’id (kitab UU Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim) tahun 1898. Artinya, cikal bakal Pekanbaru adalah di Kampung Bandar Senapelan, dibuktikan dengan adanya makam tokoh pendiri Pekanbaru. Makam Marhum Pekan pendiri Kota Pekanbaru menjadi tujuan kami berikutnya, dikomplek Makam marhum pekan kita juga dapat menjumpai makam lainnya seperti makam Marhum Bukit, Markum Barat dan makam kerabat, keluarga dan pengikut kerajaan Siak. Persis di sebelah Komplek Makam marhum pekan terdapat sebuah Mesjid Tua yang bersejarah yaitu Masjid Raya Pekanbaru, mesjid ini berdiri megah tapi sayang bentuk asli bangunan tersebut sudah hilang dan mesjid dalam proses renovasi.
                        https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEwiOMzDpWtBVIdah_fsAz8kF_yBcz3vPigRltPQ95UsHuVq61n0ssXB6PwgKz7-VvUtMM1sgS86h6ksD8_-d3E8DvvBtujpGQDGe2xqY42pT4MEcyAXZ78CnZbrsed2hsZhVUEcRO5q0/s400/komplek+makam+marhum+pekan.JPG        https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4VlcV-R3KpTHm3SqFkrrJmbxMHjkFiikl_amYBVnEqgFvCMvBTLeZP6qZpF6SZqAx9dvGo5z-6_S2WuaP5uFlxIhFtoomSyf40yVtazp8PuqSUo23C2AuhI9EcYcoHenp957GX-NE9Xw/s320/makam+marhum+pekan.JPG
Beranjak dari komplek Makam marhum Pekan dan Mesjid Raya pekanbaru, kami melanjutkan perjalanan menuju Rumah Tuan Kadi Kerajaan Siak yaitu Haji Zakaria yang berada di jalan Senapelan Gang Pinggir. Rumah ini merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Siak masa lalu. Rumah peninggalan Tuan Kadi Zakaria memang sudah direnovasi tapi tak mengubah bentuk asli bangunan, rumah ini terlihat megah dengan arsitektur Eropa masa lalu, konon rumah ini diarsiteki oleh arsitek yang membangun Istana Siak. Rumah ini dulunya menjadi pesanggrahan atau rumah persinggahan Sultan Syarif Kasim II ketika bertandang ke Pekanbaru,bahkan ada kamar khusus Sultan. Bahkan di rumah itu juga berbagai persoalan dan strategi menata Bandar Senapelan selalu dibahas.           

Foto diatas adalah detik terakhir kebersamaan kami saat menjelajah kampung Bandar Senapelan. Disaat itu kami beristirahat sejenak di halaman rumah ini. Ditengah canda tawa kami bapak Elmustian berkata “ orang melayu harus dimelayukan dan orang bukan meluyu juga harus tau dan mengerti dengan sejarah bangsa yaitu salah satunya sejarah budaya melayu.”
Setelah berfoto-foto di depan rumah kami berencana untuk megakhiri penjelajahan. Sewaktu kami ingin meninggalkan rumah tersebut ada keluarga yang tinggal di rumah itu memanggil kami dan bertaya” darimana ..?”. seorang bapak bertanya kepada kami .
Kemudian bapak Elmustian menjawab “ kami dari Universitas Riau melakukan penjelahan di kampung Bandar Senapelan dan mempelajari sejarah kebudayaan melayu.” Ujar Bapak Elmustian. Setelah mendengar keterangan tersebut dengan senang hati bapak tersebut memperbolehkan kami untuk masuk kedalam rumah. Kemudian kamipun masuk dan bapak itu menjelaskan tiap sudut sejarah yang ada didalam rumah tersebut. Mulai dari kamar sultan, ruang tamu hingga kenangan sejarah yang ada dirumah itu.
            Setelah puas berada dirumah tuan Kadi penjelahan kamipun berakhir. Selesai sudahlah penjelahan kami pada hari Minggu 17 Mei 2015 dikampung Bandar Senapelan.
Penulis berharap agar penjelajahan ini terus dilakukan agar mahasiswa dapat mengenal sejarah budaya melayu. Bukan itu saja penulis berharap agar pemerintah lebih memperhatikan tempat-tempat bersejarah yang ada dipekanbaru khususnya di kampung Bandar Senapelan dan Para tokoh masyarakat Senapelan harus melestarikan dan tidak boleh menghancurkan temuan benda cagar budaya ini. Karena benda itu kelak jadi saksi bagi anak cucu terhadap keberadaan Pekanbaru saat ini.
            Demikianlah laporan perjalanan penjelajahan kampung Bandar Senapelan yang dapat penulis ceritakan. Penulis sangat senang dengan diadakannya kegiatan ini karena kegiatan ini membuat mahasiswa sadar akan pentingnya memahami, menjaga dan melestarikan kebudayaan suatu bangsa khususnya di sejarah dan kebudayaan melayu di Pekanbaru.
            Di penjelajahan ini penulis memetik banyak kesimpulan dari kata-kata bapak Elmustian yaitu “ orang melayu harus dimelayukan dan orang bukan melayu harus tau dan paham sejarah budaya melayu”.
Sekian dan terimakasih.