BAB I
KUALITAS DAN PENDIDIKAN KONSELOR
A. Kualitas Konselor
Adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi,
pengetahuan, wawasan, keterampilan dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan
mememudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan.
Untuk membuktikan hal ini beberapa tokoh konseling
telah mengadakan penelitian, demikian dengan para praktiti di bidang ini. Namun
secara umum dapat disimpulkan khususnya untuk kondisi Indonesia, bahwa
karakteristik kepribadian konselor adalah :
1.
Beriman, bertaqwa
2.
Menyenang manusia
3.
Komunikator yang terampil dan pendengar yang baik
4.
Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial-budaya
5.
Fleksibel, tenang dan sabar, jujur, menghargai, empati dan bersahabat
6.
Menguasai keterampilan teknik, memiliki intuisi
7.
Memiliki etika profesi, konsisten, tanggung jawab
8.
Emosi stabil, objektif, rasional, logis konkrit
B. Pendidikan Konselor
Secara umum untuk Indonesia lulusan Bimbingan dan
Konseling tingkat D3 dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing. Hanya
kualifikasi profesional tersebut belum begitu jelas. Kriteria konselor masa
depan dalam menghadapi perubahan IPTEK dan sosial yang amat cepat dengan
berbagai dampak. Kriteria utama tetap seperti dalam sidang ACES di Chicago
tahun 1988 bahwa konselor harus lulusan S2 dengan berpengalaman mengajar
(sertifikat) dan pengalaman praktek. Untuk menghadapi perubahan, bentuk
konselor dalam pelatihannya menjadi profesional, disesuaikan dengan keadaan.
BAB II
KARAKTERISTIK KLIEN
A. Memahami Klien
Semua individu yang diberi bantuan oleh konselor atas
permintaan dia sendiri atau atas dorongan orang lain dinamakan klien.
Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa
keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu :
1. Kepribadian Klien
2. Harapan Klien
3. Pengalaman atau Pendidikan Klien
B. Aneka Ragam Klien
Setelah kita memahami klien dengan latar belakannya.
Maka selanjutnya kita akan mengetahui pula aneka ragam atau jenis klien.
Berikut ini akan diseutkan berbagai jenis klien atau
ragam klien yang akan dihadapi konselor, yaitu :
a. Klien Sukarela
b. Klien Terpaksa
c. Klien Enggan
d. Klien Bermusuhan atau menentang
e. Klien Krisis
C. Peranan Negosiasi dalam Konseling
Untuk menghadapi berbagai jenis klien yang diatas
perlua diadakan negosiasi sebelum konseling yang sebenarnya. Belakangan ini
negosiasi bukan hanya oleh para diplomat, tetapi merambah ke semua hubungan
sosial, termasuk bidang pendidikan, khususnya pelaksanaan konseling.
Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan negosiasi
dengan baik, adlah sebagai berikut :
a. Kecerdasan dan wawasan yang luas
b. Keterampilan berbicaradan komunikasi
yang menghargai
c. Bersikap ramah, murah senyum, sopan,
cermat dan empati
d. Pemahaman yang memadai tentang
individu yang dihadapi
e. Tidak membosankan, tidak memaksa,
tidak mengecewakan
BAB III
PERILAKU NONVERBAL
Didalam relasi konselor-klien terjadi perilaku verbal
yang didalamnya terlibat pula perilaku nonverbal. Perilaku non verbal sangat
diperlukan oleh konselor untuk memahami atau memperjelas makna bahasa lisan
yang diucapkan klien.
Riset tentang komunikasi non verbal telah dilakukan
beberapa dekade dengan berbagai metode, prosedur dan setting yaitu :
a. Metode Penggunaan Fotografi
b. Metode Film dan Video
c. Gerakan Isyarat
d. Setting Interview
e. Pengamatan Psikiatris
Jadi, saat konselor menghadapi klien, dia harus mampu
mengkomunikasikan perilaku verbal dan nonverbal secara efektif.
BAB IV
KREATIVITAS KONSELOR
DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
Suatu proses konseling ditentukan oleh kehandalan
konselor dalam melakukan wawancara konseling. Dalam proses konseling, pemikiran
kreatif adalah sangat penting baik terhadap konselor maupun klien.
Klien datang dengan permasalahan yang belum mampu ia
pecahkan bahkan masih samar-samar tapi menekan. Tugas konsleor adalah berupaya
untuk membangkitkan alternatif-alternatif, membantu klien menghilangkan
pola-pola lama yang tak baik, memudahkan terjadinya proses mengambil keputusan,
dan menemukan solusi-solusi yang mengarah untuk memecahkan masalah.
Dalam proses konseling ada tiga tahapan konseling
yaitu :
a. Tahap mendefinisikan masalah
b. Tahap atau fase bekerja dengan
definisi masalah
c. Tahap keputusan untuk berbuat
Proses konseling yang intensional dan efektif akan
membantu klien untuk berkembang secara optimal. Untuk menunjang kemampuan dan
keterampilan konselor perlu kepribadian yang empati. Empati merupakan kunci
menjadikan hubungan konseling berkualitas. Empati memiliki subkomponen yaitu :
a. Positive Regard (Penghargaan
Positif)
b. Resfect (Rasa Hormat)
c. Warmath (Kehangatan)
d. Concreteness (Kekonkritan)
e. Immediacy (Kesiapan)
f. Confrontation (Konfrontasi)
g. Congruence (Keaslian)
Empati dilakukan konselor dengan menggunakan
keterampilan mempengaruhi dengan konponen-konponennya, keterbukaan diri,
pengarahan, penafsiran. Dengan adanya komponen ini maka empati akan menjadi
dalam dan akurat serta nilainya tinggi sehingga dapat mengubah perilaku klien.